Jumat, 14 November 2008

ASKEP ANEMIA II

B. Asuhan keperawatan

I . Pengkaji

a. data demografi

b. Riwayat kesehatan

· Riwayat kesehatan dahulu

- klien pernah mengalami pendarahan

- klien sering mengkonsumsi obat analgetik

- klien pernah mendapatkan pengobatan kemoterapi

- klien pernah mengalami konstipasi

- klien pernah mengalami demam tinggi

- klien pernah menderita diare

- klien pernah menderita DHF

· Riwayat kesehatan keluarga

- Ibu mengalami anemia sel sabit

- Ayah nya seorang penderita CHF

· Riwayat kesehatan sekarang

- Peningkatan suhu tubuh , sakit kepala ,mual muntah

- Pucat

- Klien mengatakan sulit bernafas

- kelemahan

- klien mengatakan sensitive terhadap dingin

- klien megatakan BB turun dari normal

c. kebutuhan dasar

· Aktivitas/ Istirahat

Gejala:

Keletihan , kelemahan , malaise , umum . Kehilangan prduktifitas; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda:

Takikardia/ takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat

Letargi, menarik didri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada

sekitarnya.Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.Ataksia, tubuh tidak tegak.Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkkan keletihan .

· Sirkulasi

Gejala:

riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat ( DB ); angina, CHF ( akibat kerja jantung berlebihan ).Riwayat endokarditis infektif kronis.

Palpitasi ( takikardia kompensasi ).

Tanda :

- TD : Peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postural.

- Disritmia : Abnormalitas EKG, misalnya depresi segmen ST dan pendataran/ depresi gelombang T; takikardia.

- Bunyi jantung : Murmur sistolik ( DB )

- Ekstremitas ( warna ): Pucat pada kulit dan membrane mukosa ( konjungtiva, mulut, faring, bibir ) dan dasar kuku. ( Catatan : pada

- pasien kulit hitam , pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan ); kulit seperti berililin, pucat ( Aplastik, AP ) atau kuning lemon terang ( PA )

- Sklera : Biru atau putih seperti mutiara ( DB )

- Pengisian kapiler melambat ( penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi kompensasi )

- Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok ( Koilonikia ) (DB).

- Rambut : Kering, mudah putus, menipis; tumbuh uban secara premature ( AP ).

· Integritas Ego

Gejala :

Keyakinan agama/ budaya mempengaruhi pilih pengobatan misalnya; penolakan tranfusi darah.

Tanda :

Depresi

· Eliminasi

Gejala :

Riwayat pielonefritis, gagal ginjal , Flatulen, sindrom malabsorbsi ( DB ), Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, Diare/ konstipasi , Penurunan haluaran urin

Tanda :

Distensi abdomen

· Makanan / Cairan

Gejala :

Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/ masukan produksi real tinggi ( DB ).Nyeri mulut / lidah, kesulitan menelan ( ulkus pada faring ).Mual / muntuh, dyspepsia, anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah puas mengunyah / pika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat dsb (DB).

Tanda :

- Lidah tampak merah daging atau halus (AP); defisiensi asam folat dan vitamin B12.

- Membran mukosa kering, pucat.

- Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/ hilang elastisitas (DB).

- Stomatitis dan glositis ( status defisiensi

- Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB).

· Higiene

Kurang bertenaga, penampilan tidak rapi.

· Neurosensori

Gejala :

Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi. Insomnia, keseimbangan buruk, kaki goyah; parestesia tangan atau kaki (AP); klaudikasi.Sensasi menjadi dingin.

Tanda :

- Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis.

- Mental: tak mampu berespon lambat dan dangkal.

- Oftalmik : Hemoragis retina ( aplastik. AP ).

- Epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang ( aplastik ).

- Gangguan koordinasi, Ataksia : penurunan rasa getar dan posisi,

- tanda Romberg positif, paralysis (AP).

· Nyeri / Kenyamanan

Nyeri abdomen samara ; sakit kepala (DB)

· Pernapasan

Gejala :

Riwayat TB, abses paru , Nafas pendek pada istirahat dan aktifitas.

Tanda :

Takipnea, ortopnea, dan dispnea

· Keamanan

Gejala :

Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen.

Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatab atau kecelakaan.Riwayat kanker, terapi kanker.Tidak toleran terhadap dingin atau panas.Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan.Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda :

- Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.

- Limfadenopati umum

- Petekie dan ekimosis ( aplastik ).

· Seksualitas

Gejala :

Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia/ amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita).Impoten

Tanda :

Serviks dan dinding vagina pucat.

· Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala :

Kecendrungan keluarga untuk anemia (DB / AP).Penggunaan anti konvulsan masa lalu/ saat ini, anti biotic, agen kemoterapi (gagal sumsum tulang), aspirin, obat anti inflamasi atau anti koagulan. Penggunaan alcohol kronis.Adanya/ berulangnya episode perdarahan aktif (DB).Riwayat penyakit hati, ginjal; masalah hemotologi; penyakit seliak / penyakit malabsobsi lain; enteritis regional; manifestasi cacing pita; poliendokrinopati; masalah autoimun ( misalnya antibody pada sel parietal, factor instrinsik, antibody tiroid dan sel T ).Pembedahan sebelumnya, misalnya splenektomi; eksisitumor; penggantian katup prostetik; eksisi bedah duodenum/ reseksi gaster, gastrektomi parsial atau total (DB/AP).Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan; infeksi kronis, (RA).Penyakit granulomatus kronis, atau kanker ( sekunder anemia ).

d. pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Diagnostik

· Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan hematokrit menurun.

o Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCF (volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin kurpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).

o Jumlah retikulosit: bervariasi, misalnya menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/ hemolisis).

o Pewarnaan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).

o LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misalnya peningkatan kerusakan SDM/ penyakit malignasi.

o Masa hidup SDM : Berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misalnya pada tipe anemia tertentu, SDm mempunyai waktu hidup lebih pendek.

o Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

o SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).

· Jumlah trombosit : menurun (aplastik); meningkat (DB); normal atau tinggi ( hemolitik ) .

o Hemoglobin elektroforosis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

o Bilirubin serum ( tak terkonjugasi ) : meningkat (AP, hemolitik).

o Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan atau absorbsi.

o Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik).

o TIBC serum : meningkat (DB)

o Feritin serum : menurun (DB)

o Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

o LDH serum : mungkin meningkat (AP)

o Tes schilling : Penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP)

o Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, isi gaster, menunjukkan perdarahan akut/ kronis (DB).

o Analisa gaster : Penurunan sekresi dengan peningkatan pH tak adanya asam hidroklorik bebas (AP)

o Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membentuk membedakan tipe anemia, misalnya peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

o Pemeriksaan endoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan ; perdarahan GI.

II. Diagnosa keperawatan

1. perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel

2. intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ( pengiriman ) dan kebutuhan

3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorbsi nutrient yang di perlukan untuk pembentukan SDM normal

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

1.

2.

3.

Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrient ke sel.

Intoleran aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Intoleran aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Menunjukkan perfusi adekuat mis ; tanda vital stabil; membrane mukosa warna merah muda; pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat; mental seperti biasa.

- Melaporkan peningkatan toleransi aktifitas (termasuk aktivitas sehari-hari.)

- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan dan TD masih dalam rentang normal pasien.

- Melaporkan peningkatan toleransi aktifitas (termasuk aktivitas sehari-hari.)

- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan dan TD masih dalam rentang normal pasien.

Mandiri :

1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran mukosa, dasar kuku.

2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

3. Awasi upaya pernafasan; auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi adventisius.

4. Sedikit keluhan nyeri dada, palpitasi

5. Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.

6. Orientasi ulang pasien sesuai kebutuhan. Catat jadwal aktivitas pasien untuk dirujuk. Berikan cukup waktu untuk pasien berfikir, komunikasi dan aktifitas

7. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan an tubuh hangat sesuai indikasi.

8. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan termometer.

Kolaborasi :

1. Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb atau Ht dan jumlah SDM, GDA.

2. Berikan SDM darah lengkap atau packed, produk darah sesuai indikasi, awasi ketat untuk komplikasi transfusi.

3. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Mandiri :

1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas / AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, kesulitan menyelesaikan tugas.

2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.

3. Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respons terhadap tingkat aktivitas ( misalnya peningkatan denyut jantung/ TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea dsb ).

4. Sedikit keluhan nyeri dada, palpitasi

5. Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.

Kolaborasi :

1. Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb atau Ht dan jumlah SDM, GDA.

2. Berikan SDM darah lengkap atau packed, produk darah sesuai indikasi, awasi ketat untuk komplikasi transfusi.

1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas / AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, kesulitan menyelesaikan tugas.

2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.

3. Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respons terhadap tingkat aktivitas ( misalnya peningkatan denyut jantung/ TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea dsb ).

4. Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon dan gangguan berulang tindakan yang tidak direncanakan.

5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi

Meningkatkan ekspansi paru

dan memaksimalkan

oksigenisasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontra indikasi bila ada hipotensi.

Dispnea, gemericik menunjukkan GJK karena regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah jantung.

Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial resiko infark.

Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12.

Membantu memperbaiki proses pikir dan kemampuan melakukan atau mempertahankan kebutuhan AKS.

Vasokontriksi ( ke organ vital ) menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien atau kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi ( penurunan perfusi organ ).

Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau respon terhadap terapi.

Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan.

Memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.

Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan.

Menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cidera.

Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat kejaringan.

Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial resiko infark.

Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12.

Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau respon terhadap terapi.

Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan.

Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan.

Menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cidera.

Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat kejaringan.

Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cidera.

DAFTAR PUSTAKA

An, Sudoyo w,dkk . ( 2006 ). Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ii Edisi Iv.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Doengoes, E.M .( 2000 ) . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC

Gayton. ( 1997 ). Fisiologi Kedokteran .Jakatra:EGC

Jan,Tanbayong. (2000). Patofisiologi._

Price, Sylvia, A . ( 1999 ) .Patofisiologi :Konsep Klinis Proses – Prose Penyak Buku I .Jakarta :EGC

Sudarth . ( 2002 ) . Keperwatan Medical Bedah Edisi 8 vol 2.Jakarta :EGC

Smeltzer Suzanne .( 2002 ). Keperawatan Medical Bedah .volume 2.Jakarta:EGC

Tarwoto dan Wartonah. (2008).Keperawatan Medical Bedah Gangguan System Hematology. Jakarta:Trans info media

ASKEP ANEMIA I

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb darah kurang dari normal ( I dewa nyoman supariasa, dkk: 132 ) .

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan ( WHO 1992 ) .

Anemia yang tidak mendapat penanganan dan pengobatan yang serius dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti leukemia , gagal ginjal , gagal jantung , infeksi yang akan menyebabkan kematian .

Oleh karena itu perawat sebagai bagian dari sistenm pelayanan kesehatan mempunyai peran yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga berkontribusi untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi .

Berdasarkan fenomena tersebut kelompok merasa tertarik untuk membahas tentang “asuhan keperawatan anemia”.

B. Tujuan

  1. Tujaun umum

Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan anemia .

  1. Tujuan khusus
    1. Mampu memahami dan mengidentifikasi dari anemia .
    2. Mampu melakukan pengkajian pada klien anemia .
    3. Mampu merumuskan diagnosa pada klien anemia .
    4. Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien anemia .

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A . Konsep dasar

1. Definisi

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB atau hematokrit dibawah normal ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 935 ) .

Anemia adalah penurunan jumlah masa eritrosit ( red cell mass ) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oksigen corrying capacity ) ( sudoyo ,w .aru , dkk . 2006 : 622 ) .

Anemia adalah istilah yang mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan konsentrasi Hb , jumlah SDM , atau volume sel darah tanpa plasma ( hematokrit ) dibandingkan dengan nilai – nilai normal ( Tan bayong jan . 2000 : 77 ) .

Anemia aplastik adalah tidak berfungsinya sum – sum tulang ( Gayton & Hall . 1997 : 154 ) .

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 , asam folat yangv memperlihatkan perubahan – perubahan sum – sum tulang dan darah perifer yang idientik(( Suddarth dan Brunner ) .

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan eritrosit memiliki rentang usia yang memendek ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 943 ) .

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang disebabkan oleh defek Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri (Suddarth dan Brunner ) .

2. Klasifikasi anemia

Klasifikasi anemia

a. Anemia karena hilangnya SDM , terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan , perdarahan gastrointestinal , perdarahan uterus , perdarahan hidung , perdarahan akibat operasi .

b. Anemia karena menurunya produksi SDM , dapat disebabkan karena kekurangan unsur­ penyusun SDM ( asam folat , vitamin B12 , zat besi ) , gangguan fungsi sum – sum tulang ( adanya tumor , pengobatan , toksin ) , tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya erittropoitein ( pada penyakit ginjal kronik ) .

· Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik ( konsentrasi Hb kurang ) , mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh . kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang , hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh jaringan tubuh .pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa adalah 2- 4 gm.Pada laki – laki kebutuhan besi adalah 50 mg/ kg BB dan pada wanita 35 mg /kg BB ( Lawrence M Tierney,2003 ) dan hamper 2/3 terdapat dalam Hb .absorbsi besi terjadi dilambung , duodenum dan jejunum bagian atas.adanya erosive esofagitis , gaster , ulser duo denum , kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi absobsi besi .

· Anemia megaloblastik

Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM . keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini adalah adanya megaloblas abnormal ,perematur denga fungsi yang tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sum – sum tulang sehingga terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih pendek.yang akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia .

· Anemia defisiensi vitamin B12 .

Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya factor intrinsic yang diproduksi di sel parietal lambung , sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin B12 .

· Anemia defisiesi asam folat

Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah – buahan , gangguan pada pencernaan , alkolik dapat meningkatkan kebutuhan folat , wanita hamil , masa pertumbuhan . defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsobsi .

· Anemia aplastik

Terjadi akibat ketidak sanggupan sum – sum tulang untuk membentuk sel – sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang dapat merusak sum – sum tulang ( Mielotoksin ) .

c. Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan SDM , dapat terjadi karena hiperaktifnya RES

Meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi SDM biasanya karena factor – factor :

- kemampuan respon sum – sum tulang terhadap penurunan SDM kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah

- meningkatnya SDM yang masih muda dalam sum – sum tulang dibandingkan yang matur atau matang .

- ada atau tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi ( peningkatan kadar bilirubin

· anemia hemolitik

anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit sehingga usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis anemia , herediter , Hb abnormal , membrane eritrosit rusak , thalasemia , anemia sel sabit ,reaksi autoimun , toksik , kimia , pengobatan , infeksi , kerusakan fisik .

· anemia sel sabit

adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan SDM kecil sabit ,dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb .

3. Etiologi

a. Obat – obatan dan zat kimia

- agen kemoterapi

- anticonvulsant

- antimetabolis

- kontrasepsi

- zat kimia toksik

b. nutrisi

- defisiensi besi, asam folat

- defisiensi cobal

- alkoholis

c. ­perdarahan

d. Efek fisik

- Trauma

- Luka bakar

e. Penyinaran

f. infeksi

- Hepatitis

- Cytomedalovirus

- Clostridia

- Sepsis gram negatif

- Malaria

- Toksoplasmosis

g. Penyakit kronis dan maligna

- Penyakit ginjal , hati

- Infeksi kronis

- neoplasma

h. Perdarahan

i. Imunologi

j. Genetic

- Hemoglobinopati

- Thalasemia

- Abnormal enzim glikolitik

- Fangoni anemia

k. Tromboti trombositopenia purpura dan sindrom uremik hemolitik

4. Patofisiologi

Bila defisiensi besi dianggap sebagai penyebab anemia maka,akan terganggu proses pembentukan Hb.anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling banyak menyerang anak – anak .bayi cukup bulan yang lahir dari ibu yang non anemic dan bergizi baik , memiliki cukup persedian zat besi sam pai berat badan lahirnya menjadi 2x lipat , umumnya berusia 4 – 6 bulan , sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhui kebutuhan anak

Jika asupan zat besi dari makanan tidak cukup maka akan terjadi anemia defisiensi besi.hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat terlalu dini ( sebelum usia 4 – 6 bulan ) , dihentikannya susus formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun , dan meminum susu sapi yang belebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi . bayi yang tidak cukup bulan ,bayi dengan perdarahan prenatal yang berlebihan , atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan zat besi . juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat . bayi ini beresiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi zat besi sebelum berusia 6 bulan.

Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik . pada bayi hal ini dapat terjadi karena pendarahan usus kronik akibat protein susus sapi dan tidak tahan panas . pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari yang dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi .pada anak remaja putrid anemia defisiensi besi dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.

5. Manifestasi klinis

Area

Manifestasi klinis

Keadaan umum

Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap dingin , BB turun.

Kulit

Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing

Mata

Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina

Telinga

Vertigo , tinnitus

Mulut

Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis

Paru – paru

Dipsneu dan orthopnea

Kardiovaskuler

Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung

Gastrointestinal

Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )

Muskuloskletal

Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal

System persyarafan

Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan koping.

6. Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan laboratorium

· Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < style="">red cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.1

· Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.

· Kadar besi serum menurun <50>350 mg/dl, dan saturasi transferin <>

· Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik.

· TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat.

· Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanu

7. Penatalaksanaan medik

a. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.

b. Pemberian preparat Fe :

Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.

c. Bedah

Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.

d. Suportif

Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).

Penatalaksanaan terapi

Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi,terapi terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa :

a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengubatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.

b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh :

· Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman.preparat yang tersedia, yaitu:

- Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg.

- Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama.

· Besi parenteral

Efek samping lebih berbahaya,serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu :

- Intoleransi oral berat;

- Kepatuhan berobat kurang;

- Kolitis ulserativa

8. Komplikasi

a. Infeksi

b. Gagal pernafasan

c. Kardiovaskuler

d. fungsi ginjal

e. Gangguan fungsi hati.