Jumat, 14 November 2008

ASKEP ANEMIA I

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb darah kurang dari normal ( I dewa nyoman supariasa, dkk: 132 ) .

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan ( WHO 1992 ) .

Anemia yang tidak mendapat penanganan dan pengobatan yang serius dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti leukemia , gagal ginjal , gagal jantung , infeksi yang akan menyebabkan kematian .

Oleh karena itu perawat sebagai bagian dari sistenm pelayanan kesehatan mempunyai peran yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga berkontribusi untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi .

Berdasarkan fenomena tersebut kelompok merasa tertarik untuk membahas tentang “asuhan keperawatan anemia”.

B. Tujuan

  1. Tujaun umum

Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan anemia .

  1. Tujuan khusus
    1. Mampu memahami dan mengidentifikasi dari anemia .
    2. Mampu melakukan pengkajian pada klien anemia .
    3. Mampu merumuskan diagnosa pada klien anemia .
    4. Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien anemia .

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A . Konsep dasar

1. Definisi

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB atau hematokrit dibawah normal ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 935 ) .

Anemia adalah penurunan jumlah masa eritrosit ( red cell mass ) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oksigen corrying capacity ) ( sudoyo ,w .aru , dkk . 2006 : 622 ) .

Anemia adalah istilah yang mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan konsentrasi Hb , jumlah SDM , atau volume sel darah tanpa plasma ( hematokrit ) dibandingkan dengan nilai – nilai normal ( Tan bayong jan . 2000 : 77 ) .

Anemia aplastik adalah tidak berfungsinya sum – sum tulang ( Gayton & Hall . 1997 : 154 ) .

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 , asam folat yangv memperlihatkan perubahan – perubahan sum – sum tulang dan darah perifer yang idientik(( Suddarth dan Brunner ) .

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan eritrosit memiliki rentang usia yang memendek ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 943 ) .

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang disebabkan oleh defek Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri (Suddarth dan Brunner ) .

2. Klasifikasi anemia

Klasifikasi anemia

a. Anemia karena hilangnya SDM , terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan , perdarahan gastrointestinal , perdarahan uterus , perdarahan hidung , perdarahan akibat operasi .

b. Anemia karena menurunya produksi SDM , dapat disebabkan karena kekurangan unsur­ penyusun SDM ( asam folat , vitamin B12 , zat besi ) , gangguan fungsi sum – sum tulang ( adanya tumor , pengobatan , toksin ) , tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya erittropoitein ( pada penyakit ginjal kronik ) .

· Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik ( konsentrasi Hb kurang ) , mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh . kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang , hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh jaringan tubuh .pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa adalah 2- 4 gm.Pada laki – laki kebutuhan besi adalah 50 mg/ kg BB dan pada wanita 35 mg /kg BB ( Lawrence M Tierney,2003 ) dan hamper 2/3 terdapat dalam Hb .absorbsi besi terjadi dilambung , duodenum dan jejunum bagian atas.adanya erosive esofagitis , gaster , ulser duo denum , kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi absobsi besi .

· Anemia megaloblastik

Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM . keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini adalah adanya megaloblas abnormal ,perematur denga fungsi yang tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sum – sum tulang sehingga terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih pendek.yang akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia .

· Anemia defisiensi vitamin B12 .

Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya factor intrinsic yang diproduksi di sel parietal lambung , sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin B12 .

· Anemia defisiesi asam folat

Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah – buahan , gangguan pada pencernaan , alkolik dapat meningkatkan kebutuhan folat , wanita hamil , masa pertumbuhan . defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsobsi .

· Anemia aplastik

Terjadi akibat ketidak sanggupan sum – sum tulang untuk membentuk sel – sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang dapat merusak sum – sum tulang ( Mielotoksin ) .

c. Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan SDM , dapat terjadi karena hiperaktifnya RES

Meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi SDM biasanya karena factor – factor :

- kemampuan respon sum – sum tulang terhadap penurunan SDM kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah

- meningkatnya SDM yang masih muda dalam sum – sum tulang dibandingkan yang matur atau matang .

- ada atau tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi ( peningkatan kadar bilirubin

· anemia hemolitik

anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit sehingga usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis anemia , herediter , Hb abnormal , membrane eritrosit rusak , thalasemia , anemia sel sabit ,reaksi autoimun , toksik , kimia , pengobatan , infeksi , kerusakan fisik .

· anemia sel sabit

adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan SDM kecil sabit ,dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb .

3. Etiologi

a. Obat – obatan dan zat kimia

- agen kemoterapi

- anticonvulsant

- antimetabolis

- kontrasepsi

- zat kimia toksik

b. nutrisi

- defisiensi besi, asam folat

- defisiensi cobal

- alkoholis

c. ­perdarahan

d. Efek fisik

- Trauma

- Luka bakar

e. Penyinaran

f. infeksi

- Hepatitis

- Cytomedalovirus

- Clostridia

- Sepsis gram negatif

- Malaria

- Toksoplasmosis

g. Penyakit kronis dan maligna

- Penyakit ginjal , hati

- Infeksi kronis

- neoplasma

h. Perdarahan

i. Imunologi

j. Genetic

- Hemoglobinopati

- Thalasemia

- Abnormal enzim glikolitik

- Fangoni anemia

k. Tromboti trombositopenia purpura dan sindrom uremik hemolitik

4. Patofisiologi

Bila defisiensi besi dianggap sebagai penyebab anemia maka,akan terganggu proses pembentukan Hb.anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling banyak menyerang anak – anak .bayi cukup bulan yang lahir dari ibu yang non anemic dan bergizi baik , memiliki cukup persedian zat besi sam pai berat badan lahirnya menjadi 2x lipat , umumnya berusia 4 – 6 bulan , sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhui kebutuhan anak

Jika asupan zat besi dari makanan tidak cukup maka akan terjadi anemia defisiensi besi.hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat terlalu dini ( sebelum usia 4 – 6 bulan ) , dihentikannya susus formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun , dan meminum susu sapi yang belebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi . bayi yang tidak cukup bulan ,bayi dengan perdarahan prenatal yang berlebihan , atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan zat besi . juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat . bayi ini beresiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi zat besi sebelum berusia 6 bulan.

Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik . pada bayi hal ini dapat terjadi karena pendarahan usus kronik akibat protein susus sapi dan tidak tahan panas . pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari yang dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi .pada anak remaja putrid anemia defisiensi besi dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.

5. Manifestasi klinis

Area

Manifestasi klinis

Keadaan umum

Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap dingin , BB turun.

Kulit

Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing

Mata

Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina

Telinga

Vertigo , tinnitus

Mulut

Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis

Paru – paru

Dipsneu dan orthopnea

Kardiovaskuler

Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung

Gastrointestinal

Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )

Muskuloskletal

Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal

System persyarafan

Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan koping.

6. Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan laboratorium

· Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < style="">red cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.1

· Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.

· Kadar besi serum menurun <50>350 mg/dl, dan saturasi transferin <>

· Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik.

· TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat.

· Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanu

7. Penatalaksanaan medik

a. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.

b. Pemberian preparat Fe :

Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.

c. Bedah

Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.

d. Suportif

Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).

Penatalaksanaan terapi

Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi,terapi terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa :

a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengubatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.

b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh :

· Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman.preparat yang tersedia, yaitu:

- Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg.

- Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama.

· Besi parenteral

Efek samping lebih berbahaya,serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu :

- Intoleransi oral berat;

- Kepatuhan berobat kurang;

- Kolitis ulserativa

8. Komplikasi

a. Infeksi

b. Gagal pernafasan

c. Kardiovaskuler

d. fungsi ginjal

e. Gangguan fungsi hati.

Tidak ada komentar: