BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Kajian situasi RSAM Bukittinggi
3.1.1. Visi rumah sakit
Menjadikan RSAM bukittinggi sebagai tempat tujuan pelayanan kesehatan regional sumatra bagian tengah.
3.1.2. Misi rumah sakit
1. Memberikan pelkes yang memenuhi harapan ( service excelience) kepada seluruh lapisan masyarakat.
2. mempersiapkan pelayanan unggulan dengan SDM yang ramah
3. memberi pelayanan yang efisien yang efektif
4. memperhatikan keluhan pelanggan sebagai suatu masukan guna perbaikan
5. menciptakan lingkungan RSAM yang bersih, sehat, aman, dan nyaman
6. mendidik melatih tenaga guru mampu memberikan pelayanan prima kepada seluruh pelanggan yang ada.
7. pelatihan serta penelitian dibidang kesehatan.
3.1.3. deskripsi sikap RSAM
RSAM adalah rumah sakit tipe B pendidikan dan merupakan rumah sakit profesi memiliki 320 tempat tidur yang terdiri dari kelas I, II, kelas III, VIP dan utama khusus diruangan VIP dan utama tidak ada mahasiswa praktek, fasilitas yang ada di RS AM adalah rawat inap, rawat jalan. Rawat gawat darurat, penunjang medis, pelayanan unggulan di RSAM ini adalah tranmatik centere.
3.1.4 struktur di RSAM
( terlampir )
3.2. kajian situasi di ruangan baru RSAM bukittinggi
3.2..1 pengkajian
3.2.1.1 Manajemen unit
3.2..1.1.Pendidikan dan penelitian
1. pendidikan
Ideal
Pendidikan keperawatan dikembangkan sebagai sebagai suatu sistem yang humanistik. Pendidikan humanistik yang berpusat pada individu, dimana individu dibantu untuk mengenali dan mengembangkan potensi-potensi unik yang dimiliki. Kemudian difasilitasi perubahan perilaku yang positif., melealui partisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Hal tersebut memberiakan imflikasi dalam pendidikan keperawata, untuk memfasilitasi pengembangan perawat yang humanistik ( King & Gerwig, 1981 )
Pengalaman belajar klinik
Pengalaman belajar klinik pada program pendidikan keperawatan merupakan kegiatan pengalaman belajar utama pada tahap program keprofesian yang diarahkan untuk menumbuhkan sikap, tingkah laku, dan keterampilan profesional. Bimbingan pada pengalaman belajar klinik melalui praktik diarahkan untuk memfasilitasi praktikan agar dapat :
a. Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, sikap ke dalam situasi nyata
b. Menanamkan konsep, prinsip dalam keperawatan dalam kompetensi keperawatan
c. Meningkatkan kemampuan dalam penyelesaian masalah
d. Mengarahkan peserta didik pada tugas-tugas keperawatan
( sumber : King & Gerwig, 1981 )
Actual
Mahasiswa yang praktik untuk tahun 2008 ( jan –mei)
Adalah mahasiswa S1 keperawatan 70 orang ,mahasiswa DIII keperawatan 98 orang , mahasiswa AKG 7 orang ,mahasiswa AKBID 38 orang.Pembimbing mahasiswa pratikan selama diruang paru adalah berasal dari CI akademik dan CI ruangan ,berasal dari observasi bahwa proses belajar dapat berja;lan dengan baik ,dimana CI klinik dan ruangan memberikan pengarahan dan pembelajaran kepada mahasiswa
Permasalahanya
Kurikulum pendidikan yang baru membuat distribusi pratikan menumpuk diruangan pada waktu – waktu tertentu.
2. penelitian
Ideal
Sebagai peneliti perawat melakukan penelitian keperawatan untk mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktik profesional keperawatan, khususnya pelayanan keperawatan, pendidikan dan administrasi keperawatan. Perawat menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan cara berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan
( Sumber: hasil penelitian mahasiswa UNPAD PSIK )
Actual
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan diruang paru ( tahun 2008 )adalah
a. Hubungan komunikasi terapeutik terhadap tingkat kepuasan pasien rawat inap berdasarkan karakteristiknya di RSUD Dr.Ahmad Muchtar Bukittinggi
b. Keperawatan pada klien dengan Asma bronchial di ruang paru RSUD Dr.Ahmad Muchtar Bukittinggi
c. Hubungan sikap klien tentang TB paru terhadap kecemasan klien tentang penyakit TB paru di ruang paru RSUD Dr.Ahmad Muchtar Bukittinggi
d. Hubungan pengetahuan perawat tentang promkes terhadap motivasi perawat dalam memberikan promkes pada klien diruang rawat inap bedah ,interne ,dan paru di RSUD Dr.Ahmad Muchtar Bukittinggi
Permasalahan
Tidak ada
3.2..1.2 KDM
1. Oksigenisasi
Ideal
Penataan ruangan oleh petugas agar sirkulasi udara berjalan dengan baik, pembatasan jumlah orang yang ada di ruangan harus disesuaikan dengan besar ruangan serta pengaturan posisi tidur klien yang dapat melonggarkan jalan napas. Mengobservasi frekuensi pernapasan, pernapasan cuping hidung, penggunaaan otot nafas tambahan serta suara nafas tambahan. Monitoring volume oksigen yang terpasang pada klien, memonitoring kondisi nasal kanul yang digunakan oleh pasien ( kebersihan dan lama hari pakai ). Selain itu juga membersihkan secret dari hidung mulut atau trachea ( siction ), membantu bersihan jalan nafas atau disebut juga nebulizer, dan membersihkan oksigen per nasal, serta mempersiapkan pemeriksaan laboratorium
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Aktual
Dari hasil observasi selama 12 hari dinas ,setiap pagi jendela nako yang ada di kamar pasien dibuka agar sirkulasi udara lancar dan pencahayaan bagus dan masuk kedalam kamar.Penataan ruangan dilakukan oleh perawat.Vital sign seperti tekanan darah ,pernapasan ,suhu dan nadi dilakukan sebelum jam – jam bertamu pasien dan jam – jam istirahat pasien , untuk dinas pagi TTV di lakukan pada jam 10:00 WIB sampai 11:00WIB ,untuk dinas sore TTV di lakukan pada jam 15:00 Wib sampai 16:00 WIB dan dinas malam dilakukan pada jam 06:00 WIB , setiap pemeriksaan TTV didokumentasikan pada buku Vital sighn. Setiap melakukan observasi pada pasien perawat & pratikan selalu mengatur posisi klien dan membantu pasien untuk mendapatkan posisi nyaman . pasien juga diajarkan untuk batuk efektif dan Protap dari pemeriksaan paru adalah pemeriksaan sputum ( wajib )
Permasalahannya
Masih kurangnya kesadaran klien dan keluarga untuk membuka kaca nako pada pagi hari
2. Nutrisi
Ideal
Menimbang dan mengukur berat badan dan tinggi badan. Konsultasi dengan bagian gizi juga penting untuk menentukan kebutuhan nutrisi klien, sebelum memberikan makanan perawat harus berkomunikasi dengan klien dan keluarga serta menganjurkan pada keluarga untuk mengatur posisi yang nyaman bagi klien pada saat makan dan minum. Perawat juga memastikan ketepatan keluarga dalam pemberian nutrisi melalui alat makan ( sonde feeding ) dan mengecek porsi makan yang dihabiskan oleh klien.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Perawat dan dokter selalu menanyakan porsi makan yang dihabiskan dan nafsu makan pasien ,nafsu makan pasien juga ditanyakan pada saat melakukan anamnesa , dan setiap observasi pada klien .
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk menentukan diet pasien dilakukan kolaborasi dengan ahli gizi ,ahli Gizi datang 3 x dalam 1 minggu.
Permasalahanya
Klien dan keluarga masih mengkonsumsi makanan dari luar ,kadang tidak di konsulkan terlebih dahulu kepda petugas.
3. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Ideal
Mengobservasi tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda pendarahan, melaksanakan pengambilan darah untuk pemeriksaan labor serta memberikan kompres hangat dan dingin pada klien. Perawat juga harus mengobservasi tingkat kesadaran klien, mengkaji tanda-tanda kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit serta menghitung kebutuhan cairan dan elektrolit klien. Selain itu, perawat juga memberitahukan keluarga mengenai kebutuhan cairan klien, mencatat intake dan output cairan, mempersiapkan peralatan untuk pemasangan infus, menjelaskan prosedur pemasangan infus pada klien dan keluarga, melakukan pemasangan infus serta mengatur kecepatan tetesan infus
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
pemantauan cairan infuse dilakukan setiap saat , seperti pada saat overran , pemeriksaan TTV , pada saat pemberian obat , kemudian pada saat dokter visite. Perhitungan cairan infuse dilakukan oleh perawat atas order dari diokter. Perawat menyiapkan protap pemasangan infuse ,saat memasangkan infuse perawat menggunakan komunikasi terapeutik kepada pasien dan menjelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pasien harus di pasang infuse. Infuse yang macet , infuse yang habis , flebitis di ketahui saat perawat atau pratikan melakukan observasi terhadap klien saat dokter visite atau saat keluarga melaporkannya kepada perawat yang bertugas. Untuk pemenuhan cairan dan eletrolit pratikan , perawat dan dokter memberikan motivasi pada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan seperti anjuran banyak minum.
Permasalahan
Tidak ada
4. Istirahat Dan Tidur
Ideal
Perawat mengkaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat tidur, mengatur posisi tidur yang nyaman bagi klien dan mengatur lingkungan yang kondusif untuk klien istirahat dan tidur. Bagi pasien yang kmengalami kesulitan tidur perawat mengajarkan teknik relaksasi, menyarankan klien untuk minum susu hangat. Serta mencegah klien terjatuh ketika tidur dengan memasang bed side rel
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Perawat dan dokter menanyakan kemampuan pasien tidur baik itu saat dokter visited an saat perawat memeriksa pasien dan mengajarkan posisi yang nyaman bagi pasien untuk tidur. Untuk menjaga waktu istirahat pasien , perawat memberitahukan peraturan jam berkunjung bagi para pengujung .
Permasalahannya
Masih adanya keluarga pasien yang berkunjung pada jam – jam istirahat dan membawa pasien yang dibawah umur
5. Personal Hygiene & Integritas Kulit
Ideal
Memastikan terpenuhinya kebutuhan personel hygiene klien dan membantu klien memenuhi kebutuhan personal hygiene jika klien tidak mampu melakukan personal hygiene. Menyiapkan fasilitas ( mis. Air hangat ), melakukan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang pentingnya personal hygiene untuk meningkatkan kemandirian klien dan keluarga. Perawat juga harus mengganti linen tempat tidur untuk kenyamanan klien, mengkaji keadaan kulit dan merawat luka klien.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Pemenuhan personal hygiene pasien seperti oral hygiene , mandi , vulva hygiene / penis higiene dilakukan oleh perawat yang dinas malam dan kemudian diajarkan kepada keluarga , hal ini dilakukan untuk memandirikan keluarga. Setiap linen yang kotor diganti dan dirapikan oleh pratikan ( bila ada mahasiswa yang dinas ) tapi tetap dibawah pengawasan perawat yang bertanggung jawab
berdasarkan hasil observasi selama 12 hari dinas perbeden dilakukan setiap hari senin dan kamis ,dilakukan oleh perawat atau pratikan dinas pagi
permasalahannya
masih kurangnya kesadaran keluarga untuk melakukan personal higiene ,dan masih kurangnya keinginan pratikan untuk belajar melakukan personal higien ,hal ini terlihat dari kondisi klien
6. Keamanan Dan Kenyamanan
Ideal
Memastikan pemasangan bed side rel, Memastikan keadaan lantai ( tidak licin, bersih dan kering ) serta bersikap ramah dan menggunakan komunikasi terapeuik pada saat berinteraksi dengan klien.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Lantai yang basah dipel setiap pagi , siang , dan soreoleh CS.setiap ada kegiatan mengepel CS selalu menggigatkan dengan papan peringatan agar keluarga atau petugas dapat berhati – hati. CS tidak hanya bertugas mengepel dan menyapu seluruh ruangan yang ada di ruang inap paru tapi juga jendela , WC jarring laba –laba ,dll.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa setiap bulannya dilakukan pembersihan besar – besaran terhadap seluruh ruangan . CS juga diajarkan untuk berkomunikasi dengan ramah dan sopan.
Permasalahanya
Selama12 hari dinas berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang pasien keamanan kurang terjamin karena adanya pasien dan keluarga pasien yang mengalami kehilangan
7. Pencegahan Infeksi & Pemenuhan Obat – Obatan
Ideal
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien/ melakukan tindakan, menggunakan sarung tangan bersih dan steril sesuai kebutuhan, menggunakan prinsip steril saat menggunakan prosedur invasif dan perawatan luka, menggunakan masker, gaun dan sarung tangan saat melakukan kewaspadaan universal dan memberikan informasi tentang obat-obatan ( manfaat, cara kerja, dan efek samping ) serta menghitung kebutuhan obat. Perawat juga memberikan injeksi sesuai program dengan prinsip lima benar, dan menjaga lingkungan tetpa barsih.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
perawat , dokter dan pratikan selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan . setiap tindakan yang sesuai protap menggunakan APD . Untuk tindakan yang infasif dantindakan yang membutuhkan sterilisasi maka dilakukan sterilisasi terhadap alat – alat. Alat seperti kasa dilipat rapid an dimasukan kedalam tromol serta diantarkan keruangan CSSD.Semua petugas ( seperti perawat , dokter dan pratikan ) dianjurkan untuk menggunakan APD guna menjaga kewaspadaan universal .
Injeksi diberikan sesuai dengan prinsip 6 benar. Perawat dan kepala ruangan selalu emngigatkan untuk menjaga kerapian dan kebersihan dari ruangan . setiap pasien yang pulang , ruangannya selalu di UV .
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa diruangan inap paru untuk pasien yang menderita penyakit menular ( seperti TB paru )dipisahkan ruangannya dengan pasien yang tidak mengalami penyakit menular ,. Pengunjug yang berusia dibawah umur 12 tahun tidak dibolehkan masuk untuk mengunjungi pasien , selain itu pintu masuk antara petugas dengan pasien atau keluarga juga dipisahkan
Kemudian pasien pria ditempatkan dengan pasien pria pula begitu juga dengan pasien wanita di tempatkan dengan pasien wanita juga .
Permasalahanya
Masih kurangnya peralatan APD diruang paru
8. Eliminasi
Ideal
Perawat harus mengkaji kemampuan klien untuk melakukan eliminasi, memfasilitasi penyediaan alat bantu ( pispot dan urinal ), mencatat karakteristik (warna, jumlah, bau, dan konsistensi feses dan urine ) serta melakukan pemasangan kateter jika diperlukan dan harus sesuai prosedur.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Dari hasil observasi tidak ada pasien yang mengalami gangguan eliminasi
Permasalahan
tidak ada
3.2.1.3 Dokumentasi Proses Keperawatan
1. Pendekatan Proses Keperawatan
Ideal
Asuhan keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan mendiagnosa status kesehatan klien, merumuskan tujuan yang hendak dicapai, menentukan intervensi, mengevaluasi mutu asuhan yang dilakukan terhadap klien
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Berdasarkan hasil observasi dan studi pendokumentasian diperoleh bahwa status diisi lengkap termasuk pengkajian , diagnosa ,rencana keperawatan ,implementasi serta evaluasi dan diobservasi setiap hari oleh perawat ruangan .
Setiap tindakan yang dilakukan di dokumentasikan kedalam format yang telah disediakan ( seperti buku laporan , buku vital sign ,buku overan ,buku visite dokter dll )
Permasalahan
Tidak ada
2. Standar Pengkajian
Ideal
Komponen pengkajian keperawatan meleiputi yang pertama adalah pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku, sistematis, diisi sesuai iem yang tersedia, aktual dan absah. Yang kedua adalah pengelompokkan data : data biologis, psikologis, sosial, spiritual. Kemudian merumuskan masalah yang kriterianya : kesenjangan status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Berdasarkan hasil observasi terhadap pasien yang baru masuk ke ruang inap paru bahwa pengkajian dilakukan dengan menganamnesa naik kepada pasien ataupun keluarga ,kemudian diisi kedalam status dan diisi dengan lengkap.data lainnya didapatkan dari data – data penunjang yang diserahkan oleh pasien ataupun keluarga seperti hasil labor , rontsen atau USG , dll.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa diruangan paru ada 10 ASKEP penyakit terbanyak.
Permasalahan
Tidak ada
3. Standar Diagnosa Keperawatan
Ideal
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif yang merupakan respon individu terhadap masalah yang aktual dan potensial, dianalisa dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan. Diagnosa dihubungkan dengan etiologi, kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan dasar klien yang dapat diintervensi sesuai dengan kewenangan perawat. Komponen terdiri dari masalah, etiologi, dan tanda dan gejala (PES ) atau terdiri dari masalah dan penyebab ( PE ). Diagnosa keperawatan bersifat aktual apabila ada masalah kesehatan klien yang sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila masalah kesehatan klien kemungkinan besar akan terjadi.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan studi dokumentasi ,.standar diagnosa keperawatan adalah menegakan diagnosa berdasarkan data – data yang telah di dapatkan
Permasalahan
Tidak ada
4. Standar Perencanaan
Ideal
Perencanaan keperawatan adalah proses penentuan tujuan, merumuskan intervensi dan rasional secara sistematis dan spesifik sesuai dengan kondisi, situasi, dan lingkungan klien itu sendiri. Komponen perencanaan keperawatan meliputi komponen : - prioritas masalah
Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas yang pertama, Masalah yang mengancam kesehatan dan masalah yang mempengaruhi perilaku prioritas ketiga
- tujuan asuhan keperawatan
Spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, ( SMART )
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek den mengembangkan strategi evaluasi
- rencana tindakan dan kriteria
Disusun berdasarkan tujuan askep dengan melibatkan keluarga dan mempertimbangkan latar belakang budaya klien untuk menentukan tindakan alternatif yang tepat. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada. Rencana keperawatan juga harus mempertimbangkan rasa aman dan nyaman bagi klien dengan kalimat instruksi ringkas, tegas, dengan bahasa yang mudah dimengerti
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan standar perencanaanya adalah membuat intervensi berdasarkan masalah – masalah keperawatan yang telah ditegakan dan disesuaikan dengan prioritas masalah .
Permasalahan
Tidak ada
5. Standar Implementasi Keperawatan
Ideal
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencan eperawatan oleh perawat dan klien yang meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun klien dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut bidang bio, psiko,social dan spiritual klien. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilkukan pada klien atau keluarga sesuai waktu yang telah ditentukan dan menggunakan sumber daya yang ada. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon klien, menerapkan prinsip septik dan antiseptik serta memperhatikan rasa aman dan nyaman, privasi, dan mengutamakan keselamatan klien. Estela melakukan tindakan, tindakan tersebut dicatat, klien dan alat dirapikan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman kepada prosedur teknis yang telah ditentukan serta intervensi pemenuhan KDM klien.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Standar implementasi keperawatan adalah melakukan rencana keperawatan yang sudah ditetapkan ( ada dalam buku protap )
Permasalahan
Tidak ada
6. Standar Evaluasi
Ideal
Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, melakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada perumusan tujuan. Evaluasi segara dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi juga melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan yang dilakukan sesuai standar.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Aktual
Berdasarkan hasil observasi setiap tindakan telah dievaluasi dengan cukup baik .standar evaluasi yang digunakan adalah SOAP
Permasalahan
Tidak ada
7. dokumentasi Keperawatan.
Ideal
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti dari pelaksanaan keperawatan yang menggambarkan pendekatan proses keperawatan dan catatan tentang respon klien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan dan reaksi pasien terhadap penyakit ( Depkes, 1994 )
Pencatatan askep dilakukan secara individu yang dilakukan selama klien dirawat inap dan rawat jalan. Dokumentasi dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan yang dilakukan setelah tindakan selesai dilaksanakan. Penulisan ddokumentasi harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku dan sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf /nama perawat yang melakukan tindakan dan waktunya. Dokumentasi menggunakan formulir yang baku dan disimpan sesua peraturan yang berlaku.
( Sumber : Potter & Perry : 2005 )
Actual
Pendokumentasian diruang paru sangat baik ,semua data pasien dan tindakan didokumentasikan dengan baik kedalam buku –buku penunjang yang telah disediakan , sehingga komunikasi antar perawat dengan perawat ataupun perawat dengan profesi lain dapat berjalan dengan sangat baik.
Permasalahan
Tidak ada
3.2.1.4 Flow of care
1. Penerimaan Pasien
Ideal
Menerima informasi pasien baru ( pastikan nama pasien, alamat, kelas yang diinginkan ), penandatangan surat perjanjian, cek status dan masukan data ke buku register baru, menyiapkan tempat tidur dan peralatan/ sarana pendukung sesuai kebutuhan pasien yang bersangkutan dengan teliti. Setelah siap cek kembali persiapan ruangan dan beritahukan pada unit awal pasien masuk bahwa ruangan telah siap menerima pasien, ketika pasien tiba di ruangan, perawat memberi salam, memperkenalkan diri nama perawat yang bertanggungjawab. Mengobservasi kondisi dan respon pasien untuk mengantisipasi kegawtdaruratan pada pasien, mengantar pasien dan keluarga ke tempat tidurnya. Perawat mengkaji tanda-tanda vital, BB, TB, sesuai kondisi pasien. Pada saat penerimaan pasien perawat juga melakukan timbang terima pasien dengan petugas unit asal pasien dan didokumentasikannya, mengkaji masalah pasien dan mendokumentsikannya, mengorientasikan pasien dan keluarga terhadap lingkungan kamar, sarana yang tersedia serta paraturannya; selain itu perawat juga menyusun rencana keperawatan, memberikan laboran lepada dokter jaga kemudian bertanggung jawab untuk mengecek hasil pemeriksaan dan mengevaluasi kelengkapan catatan.
(Sumber swanburg :2002 )
Actual
Dari hasil observasi selama malaksanakan praktek praklinik manajemen keperawatan di ruang inap paru didapatkan data:
Perawat memastikan biodata pasien dan kelengkapan surat – surat pasien ( seperti kio , les pendek , surat masuk , dan alat – alat lain seperti hasil rontsen , hasil USG , atau hasil labor bila ada ) .Kemudian perawat akan memastikan status pasien ,untuk pasien KS ( kartu sehat ) di tempatkan pada kelas III ,untuk pasien ASKES ditempatkan berdasarkan golongannya dan untuk pasien UMUM ditempatkan sesuai dengan keinginannya. Selain berdasarkan status pasien ditempatkan berdasarkan jenis penyakit menular atau tidak menular serta jenis kelamin .Untuk penyakit TB paru pasien dipisah dengan yang tidak TB paru. Pasien menyediakan tempat tidur dan sarana prasarana lainya ( infuse , oksigen , pispot ,dll ) ,dimana satu orang pasien memiliki 1 meja pasien ,1 kursi untuk menuggu pasien dan 1 papan identitas pasien .Perawat akan mengantarkan pasien dan keluarga ,keruangan yang telah disiapkan ,setelah itu perawat akan melaporkan kepada dokter yang bertanggung jawab . Perawat penaggung jawab ( KATIM ) memeriksa kelengkapan catatan .Setelah pasien ditempatkan pada ruangnya perawat melakukan anamnesa pada pasien atau keluarga pasien yang mengantar pasien dan melalukan observasi dan TTV .Setelah itu pasien akan menandatangani inform consen untuk tindakan dan
Permasalahannya:
Dalam menyediakan ruangan dan tempat tidur pasien masih adanya kekurangan sarana dan prasarana ,seperti kurangnya bantal untuk pasien ,sehingga ada sebagian pasien yang baru masuk tidak kebagian bantal ,dan sebagian besar bantal dibawa oleh pasien sendiri
2. Pengelolaan Pasien
Ideal
Tahap pengelolaan pasien di ruangan meliputi : memperhatikan respon dan kondisi pasien dan keluarga selama memberikan asuhan keperawatan, memberikan inform consent pada pasien dan keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, menggunakan komunikasi terapeutik dalam setiap interaksi danzan pasien, memberikan penjelasan pada keluarga mengenai perkembangan kondisi pasien dan mengawasi pasien secara kontinu di setiap shift, melakukan overan secara jelas, koordinasi antar perawat dan profesi lain secara jelas dan memberikan asuhan keperawatan secara tetapt, cepat dan akurat.
(Sumber swanburg :2002 )
Actual
Timbang terima pasien saat perawat datang ,perawat lansung mengisi absent dan membaca buku laporan kemudian mendiskusikan tindakan dan kendala –kendala dinas yang dihadapi ,setelah diskusi baru melakukan overab ,pada sat overran harus membaca buku overran pasien yang telah disiapkan. Pada saat overran pasien ,yang dioverakan adalah keluhan –keluhan pasien kemudian tindakan yang belum dilakukan dantindakan yang sudah dilakukan .Secara verbal perawat sudah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik sebelum , selama dan sesudah tindakan.selam observasi tidak ditemukannya kegagalan pada saat tindakan ,untuk tindakan infasif pratikan selalu didampingi oleh perawat penanggung jawab ,dan untuk tindakan TTV ,memberikan obat dapat dilakukan pratikan secara mandiri tapi dibawah pengawasan perawat penanggung jawab.
Permasalahannya
Kurangnya peralatan medis serta sarana dan prasarana membuat beberapa protap yang seharusnya diberikan menjadi terhambat,seperti EKG ,masih mengalami hambatan hal ini terkait dengan tidak adanya alat EKG di ruangan dan harus meminjam keruangan lain serta tidak adanya stok kontak ( cok ) untuk tioap kamar ( seperti kamar kelas III ) dan rusaknya kabel round ( yang hanya ada 1 ) .
Masih kurangnya pengetahuan pratikan dalam melakukan overan kepada sesama pratikan.
3. Pasien Pulang
Ideal
Tujuan dilakukan discharge planning adalah menyiapkan pasien untuk menyesuiakan diri di rumah dan di masyarakat setelah pulang dari rumah sakit untuk mentiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pasien maupun keluarga mengenai penyakit pasien, pemberian obat, aktivitas dan perawatan zaherÃ-hari dan pemberian nutrisi yang benar. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk menyiapkan diri pasien dan keluarga baik dari segi fisik dan psikologis bila terdapat gejala sisa. Kegiatan yang dilakukan meliputi : melakukan pengkajian awal sebagai cara pangumpulan data untuk menentukan perkiraan lama rawat inap pasien, kebutuhan pasien pasca pemulangan mempersiapkan pasien dan keluarga dalam perawatan pasca pemulangan. Kemudian mengkaji kesiapan pasien untuk pulang meliputi keadaan umum, tingkat pengetahuan keluarga dan kemampuan klien dan keluarga untuk beradaptasi. Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam menentukan kepulangan pasien. Menjelaskan lepada keluarga mengenai kemungkinan adanya gejala sisa yang muncul, tanda-tanda yang menunjukkan keadaaan yang berbahaya yang harus segera diperiksakan ke dokter atau rumah sakit untuk penanganan pertama pada kondisi sakit. Menjelaskan tentang pemberian obat, pengaturan nutrisi dan ativitas serta tentang waktu control klien setelah pulang dan memberikan surat control dan memeriksakan kelengkapan status pasien. Perawat juga menjelaskan dan mengikuti prosedur administrasi kepulangan yang harus yang harus diselesaikan oleh pasien pulang mutlak, pulang paksa atau meninggal.
(Sumber swanburg :2002 )
Aktual
Setiap pasien yang pulang dilengkapi oleh ADM ,
Pendidikan kesehatan tidak hanya diberikan pada saat pasien akan pulang ,namun selama pasien dirawat pendidikan kesehatan tetap diberikan oleh perawat ,dokter , dan pratikan .Perawat dan dokter saat visite untuk pasien yang akan pulang menjelaskan tentang pengaturan nutrisi dan aktivitas , gejala sisa , tanda 0 tanda yang akan menunjukan bahaya pada pasien ,penangan I yang harus dilakukan .selain itu pendidikan kesehatan untuk pasien selalu diberikan diruang paru setiap minggunya.
Selama observasi pendidikan kesehatan juga diberikan oleh pratikan DIII keperawatan dan pratikan S1 keperawatan yang mengambil tema TB paru dan makanan yang berbahaya untuk penyakit kanker paru.Penyuluhan juga dilakukan dengan memberikan leaflet kepada pasien atau keluarga
Dalam menentukan kepulangan pasien dilakukan kolaborasi antara dokter dan praktisi keehatan lainnya.
Permasalahanya
Pada umumnaya pasien ditunggui oleh keluarga yang berusia 50 tahun keatas sehingga sulit untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada mereka
3.2.1.2 manajemen fisik
3.2.1.2.1 fisik Ruangan
Ideal
Ruang bangunan adalah semua ruang/unit yang ada dalam bats / pagar rumah sakit yang diperlukan untuk barbagai kegiatan rumah sakit. Desain dan konstruksi bangunan harus mudah dibersihkan dan dilakukan perawatan. Semua ruang verja dan ruang pasien harus mempunyai ventilasi dan penerangannya yang adekuat dan juga harus dapat menjamin masuknya aliran udara segar, temperatur ruangan dan kelembaban udara dalam batas yang nyaman. Jika menggunakan pendingin ruangan tersebut harus dilakukan perawatan yang memadai, yang terjadwal agar tidak menjadi sumber infeksi.
Ruang rawat inap paru harus mempunyai kriteria minimal mempunyai kebersihan, kenyamanan ruangan yang cukup, keamana ruangan yang terjamin, luas ruangan harus sesuai dengan kapasitas tempat tidur. Barang – barang yang berbahaya tidak disimpan di ruangan
( sumber : hasil penelitian mahasiswa UNPAD PSIK )
Actual
kebersihan ruangan inap paru sangat baik , kebersihan dilakukan dengan kerja sama antara perawat dan petugas lainya dengan CS . Setiap linen yang kotor diganti dan dirapikan guna menjaga kenyamanan klien saat beristirahat . perbeden rutin juga dilakukan setiap hari senin dan kamis pagi oleh petugas dinas pagi .
diruangan paru terdapat 2 ting sampah yaitu tong sampah medis dan tong sampah non medis .sampah dibawa oleh petugas yang bertanggung jawab sesuai dengan waktu yang telah terjadwal.
Sirkulasi udara sangat baik dimana udara berasal dari jendela dengan kaca nako yang berukuran kira – kira 100 x 70 cm yang setiap pagi di buka
Klien dengan riwayat TB paru lebih di prioritas
Dari hasil observasi tidak ada klien dan keluarga yang membawa barang – barang berbahaya , barang – barang yang umum dibawa oleh klien da keluarganya adalah tas berisi baju ganti ,selimut ,bantal ,tikar dan makanan
Denah ruang inap paru
Keterangan :
1a = adalah pintu masuk bagi petugas ,selain petugas tidak boleh masuk , kecuali yang berkepentingan
1b = adalah pintu / koridor menuju kamar mandi perawat
1c = adalah pintu masuk dan keluar petugas dari ruangan pasien ,yang hanya boleh di lewati oleh petugas
1d = pintu masuk klien dan keluarga
2 = adalah nurse station yang terdiri dari 4 meja berukuran sedang yang di susun atas masing – masing berbentuk L , 1 lemari kaca tempat obat – obatan dan beberapa alat lain seperti ( vit C ,tradil , As.traneksamat ,dicynone dll ) ,kemudian meja kecil tempat status dan kio ,dll,dan 1 troli tempat inhalasi serta I troli letak peralatan lainnya.
3 = adalah ruangan kepala ruangan
4 = adalah ruangan perawat ( terdiri dari 1 meja , 1 dispenser ,1 tempat tidur ,kursi ,lemari 1 tv dan 1 kulkas )
5 = adalah perpuistakaan ( dilengkapi oleh buku dan meja ) digunakan oleh mahasiswa untuk diskusi ,istirahat dan response bersama pembimbing klinik dan pembimbing akacemik
6 = adalah kamar mandi perawat
7 = kamar perawat
8 = gudang
9a = kamar intensif kelas II tang terdiri dari 2 tempat tidur , 2 meja pasien dan 1 kamar mandi
9b = kamar kelas III untuk penyakit menular yang terdiri dari 5 tempat tidur dan 5 meja pasien dan 1 kamar mandi ?( khusus untuk pasien wanita)
9c = kamar kelas III untuk penyakit menular yang terdiri dari 5 tempat tidur dan 5 meja pasien dan 1 kamar mandi ?( khusus untuk pasien pria )
9d = kamar kelas III untuk penyakit tidak menular yang terdiri dari 2 tempat tidur dan 2meja pasien
9e = kamar kelas III untuk penyakit tidak menular yang terdiri dari 2 tempat tidur dan 2meja pasien
10 = kamar yang digunakan untuk menyimpan tiang infuse , tabung oksigen dan lemari linen( lemari alat tenun )
11a,b= kamar kelas I yang terdiri dari 2 tempat tidur dan 2meja pasien dan 1 kamar mandi
12 a,b,c = kamar kelas I yang terdiri dari 2 tempat tidur dan 2meja pasien dan 1 kamar mandi
13 = ruangan tindakan dan firasat yang terdiri dari 1 tempat tidur , 1 kursi ,1 troli dan 1 timbangan BB dan di dindingterdapat alat yang digunakan untuk melihat hasil rontsen agar tanmpak jelas
13a = wastafel yang terdapat dekat nurse station beserta protap cuci tangan
13b = wastafel yang terdapat di kamarmandi perawat
13c = wastafel yang terdapat di ruangan tindakan dan firasat
Permasalahanya
Adanya beberapa ruangan yang tidak terpakai dan memerlukan pembenahan agar tertata lebih rapi dan baik.
3.2.1.2.2 Air bersih
Ideal
Diruangan harus tersedia paling sedikit satu wastafel dengan aliran air yang cukup dan mengalir terus menerus dan ditempatkan ditempat yang strategis.
( sumber :Potter & Perry : 2005 )
Actual
air yang mengalir di kamar mandi pasien dan kamar mandi perawat dapat mengalir dengan baik
letak wastafel yang sangat strategis sehingga memungkinkan bagi para petugas untuk tidak lupa cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
permasalahanya
air yang mengalir di kran yang ada pada wastafel sangat kecil dan pada jam – jam tertentu mati ,pengering tangan yang berada dekat wastafel di nurse station sangat keras bila dihidupkan dan bunyi sangat menimbulkan kebisingan
3.2.1.2.3 Papan Identitas Pasien
Ideal
Setiap pasien harus disertai identitas seperti papan nama pasien yang berisi : nama, umur, no.MR, diagnosa, diet makanan, tanggal masuk, status pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan pengobatan dan perawatan.
( sumber : hasil penelitian mahasiswa UNPAD PSIK )
Actual
setiap pasien baru masuk ,perawat /pratikan membuat papan identitas pasien yang digantungkan di tas dinding bagian arah kepala pasien ,papan identitas berisi nama pasien ,asal , tanggal masuk ,diagnosa ,status .
permasalahanya
tidak ada
3.2.1.2.4 Alat Dan Bahan
daftar alat medis di ruang inap paru
No | Nama barang | Ideal | Pada saat ini | Keterangan |
1 | Bak instrument | 6 | 4 | cukup |
2 | Bowl tutup | 4 | 2 | Cukup |
3 | Brankar | | | |
4 | Dresing car | 4 | 2 | cukup |
5 | Gunting perban | 3 | 1 | kurang |
6 | Klem pean | 4 | 2 | cukup |
7 | Korentang | 3 | 1 | kurang |
8 | Kursi roda | 2 | 1 | Buruk (alat rusak) |
9 | Lampu emergensi | 2 | 1 | Buruk (alat rusak |
10 | Lampu sorot | | | |
11 | Lampu UV neon | 24 | 4 | buruk |
12 | Lampu UV | | | |
13 | Lumpang obat kecil | 2 | 1 | cukup |
14 | Meteran oksigen | 10 | 6 | kurang |
15 | Nebulizer | 2 | 1 | cukup |
16 | Nald powder | 4 | 2 | cukup |
17 | Pingset anatomi | 6 | 2 | kurang |
18 | Pingset chirugi | 3 | 1 | kurang |
19 | Slip lump | 10 | 4 | kurang |
20 | Standar oksigen | 2 | 1 | cukup |
21 | Sterilisator kecil | 2 | 1 | cukup |
22 | Stateskop dewasa | 3 | 1 | Buruk ( alat rusak ) |
23 | Suction | 2 | 1 | Buruk ( alat rusak ) |
24 | Tempat tidur stel | 10 | 5 | kurang |
25 | Tensi meter | 2 | 1 | kurang |
26 | Termiometer | 3 | 1 | kurang |
27 | Tiang infuse | 16 | 6 | kurang |
28 | Timbangan dewasa | 3 | 1 | kurang |
29 | Set WSD | 2 | 1 | cukup |
30 | Tromol gauz | 5 | 3 | kurang |
31 | Urinal | 13 | 5 | kurang |
32 | Waskom cuci tangan | | | |
33 | nierbekken | 8 | 2 | kurang |
34 | Pot sorong tutup | 10 | 4 | kurang |
Permasalahan
Masih kurangnya peralatan medis sehingga menghambat terlaksananya protap
daftar alat tenun di ruang inap paru
No | Nama barang | Ideal | Pada saat ini | Keterangan |
1 | Laken putih | 60 | 20 | Kurang |
2 | Stik laken | 30 | 10 | Kurang |
3 | Laken hijau | 45 | 15 | Kurang |
4 | Stik laken hijau | 25 | 5 | Kurang |
5 | Sarung bantal hijau | 30 | 10 | Kurang |
6 | Sarung bantal putih | 45 | 15 | Kurang |
7 | Selimut tiger | 23 | 3 | Kurang |
8 | Selimut swan | 22 | 7 | kurang |
9 | Kain sarung pasien | 10 | - | kurang |
10 | Baju pasien | 10 | - | Buruk |
11 | Masker kain | 30 | - | Buruk |
12 | Gorden | 12 | 2 | Kurang |
13 | Gorden putih | 8 | - | Buruk |
14 | Sarng tabung oksigen | 8 | - | Buruk |
15 | Handuk pasien | 18 | 3 | kurang |
16 | Perlak | 30 | - | Buruk |
17 | Alas meja pasien | 40 | 10 | kurang |
18 | Pengikat pasien | 20 | - | Buruk |
19 | Waslap | 30 | 10 | kurang |
20 | Kain skrem | 20 | - | buruk |
21 | Mukena | 3 | 1 | kurang |
22 | Skor | 20 | 5 | kurang |
23 | Alas meja setengah biro | 10 | - | buruk |
24 | Kain penutup jenazah | 2 | - | Buruk |
25 | sajadah | 3 | 1 | kurang |
26 | Kain sarung sholat | 3 | 1 | kurang |
Permasalahan
Masih kurangnya peralatan tenun di ruang paru.
daftar alat mobiler di ruang inap paru
No | Nama barang | Ideal | Pada saat ini | Keterangan |
1 | Nurse station | 2 | 1 | Cukup |
2 | Meja setengah biro | 6 | 2 | Kurang |
3 | Kursi plastic putih | 18 | 8 | Kurang |
4 | Meja pasien | 30 | 20 | Kurang |
5 | Lemari obat | 2 | 1 | cukup |
6 | Lemari inventaris | 3 | 1 | Kurang |
7 | Loker 3 pintu | 4 | 1 | Kurang |
8 | Loker 8 pintu | 2 | 1 | Kurang |
9 | Lemari alat | 3 | 1 | Kurang |
10 | Tempat ridur pasien biasa | 25 | 18 | Kurang |
11 | Tempat tidur stel | 15 | 5 | Kurang |
12 | Papan nama pasien | | | |
13 | White board besar | 2 | 1 | cukup |
14 | Standar skrem | 11 | - | buruk |
15 | Kursi pasien | 25 | - | buruk |
16 | Standar handuk | 13 | 3 | Kurang |
17 | Lemari alat tenun | 2 | - | buruk |
18 | Papan alas tempat tidur | 60 | 30 | Kurang |
19 | Tong sampah medis | 6 | 2 | Kurang |
20 | Kursi lipat | 10 | 3 | Kurang |
21 | Kursi panjang busa | 4 | - | buruk |
22 | Kabel roun | 4 | 1 | Kurang |
23 | Tiang infuse | 16 | 6 | Kurang |
24 | Tong sampah no medis | 6 | 2 | Kurang |
Permasalahannya
Masih kurangnya peralatan tenun di ruang paru.
3.2.1.2.5 Kekuatan Kerja
1. Man ( ketenagaan )
Ideal
Pemberian ASKEP diruangan sepenuhnya dilakukan oleh perawat pelaksana yang dikoordinasi leh kepala ruangan yang bertanggung jawab atas pemberian pelayanan keperawatan secara menyeluruh oleh semua petugas yang ada diruangan tersebut.alat ukur jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah berdasarkan minimal care ,intermediet care,maximal care.
Pada suatu layanan profesiona, jumlah tenaga yang diperlukan bergantung pada jumlah klien dan derajat ketergantungan klien terhadap kperawatan. Menurut doaglas ( 1992,) klasifikasi derajat ketergantungan klien dibagi dalam 3 kategori yaitu
1. Perawatan minimal(minimal care)
Memerlukan waktu 1 – 2 jam / 24 jam dengan criteria kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri, makan dan minum dilakukakn sendiri, ambulasi dengan pengawasan, observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap jaga ( shift ), pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
2.Perawatan parsial ( partial care )
Memerlukan waktu 3 – 4 jam / 24 jam dengan criteria kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu, observasi tanda – tanda vital setiap 4 jam, ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari 1 kali, klien dengan kateter urine pemasukan dan pengeluaran dicatat, klien dengan infuse persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
3. Perawatan total ( total care )
Memerlukan 5 – 6 jam / 24 jam dengan criteria semua keperluan klien dibantu, perubahan posisi, observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap 2 jam, makna melalui selang atau pipa lambung, terapi intravena, dilakukan pengisapan lender, gelisah atau disorientasi
Jumlah klien | Klasifikasi Klien | ||||||||
Minimal | Parsial | Total | |||||||
Pagi | Siang | Malam | Pagi | Siang | Malam | Pagi | Siang | malam | |
1 | 0,17 | 0,14 | 0,07 | 0,27 | 0,15 | 0,10 | 0,36 | 0,30 | 0,20 |
2 | 0,34 | 0,28 | 0,14 | 0,540 | 0,32 | 0,20 | 0,72 | 0,60 | 0,40 |
3 | 0,51 | 0,42 | 0,21 | 0,81 | 0,45 | 0,32 | 1,08 | 0,90 | 0,60 |
(Sumber :doaglas 1992,)
Actual
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi dengan kepala ruangan jumlah tenaga perawat saat ini adalah 11 orang
Jpasien pada bulan agustus 2008 adalah 67 orang dengan BOR 35,5 sedang bulan September 38 orang dengan BOR 25,1 dan bulan oktober 12 orang dengan BOR 67,8
Pembagian kerja dilihat dari rentang kendali diruang paru dilakukan per wing ( kiri dan kanan ) dimana tiap wing dikelola oleh 1 tim disesuaikan oleh jadwal dinas pada shif itu.masing – masing tim di pimpin oleh kepala tim yang akan melaporkan kepada kepala ruangan.
Table
Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Jumlah Tenaga Yang Dibutuhkan
Tanggal (januari 2008) | Minimal | intermediet | Maxsimal | total | BOR |
5 | p 6 x 0,17 = 1,02 s 4 x 0,14 = 0,56 m 2 x 0,1 = 0,2 | p 3 x 0,27 = 0,81 s 3 x 0,51 = 1,53 m 3 x 0,07 = 0,21 | p 1 x 0,36= 0,36 s - m - | 2,19 = 3 orang 2,09 = 3 orang 0,41= 1 orang | 0,45 0,31 0,22 |
6 | p 1 x 0,17 = 0,17 s 1 x 0,14 = 0,14 m 1 x 0,1 = 0,1 | p 2 x 0,27 = 0,54 s 2x 0,51 = 1,02 m 2 x 0,07 = 0,14 | p - s - m - | 0,71 = 1orang 1,16 = 2 orang 0,24= 1 orang | 0,13 0,13 0,13 |
7 | p 1 x 0,17 = 0,17 s 1 x 0,14 = 0,214 m 1 x 0,1 = 0,1 | p 2 x 0,27 = 0,54 s 2 x 0,51 = 0,51 m 2 x 0,07 = 0,14 | p - s - m - | 0,71 = 1orang 1,16= 2 orang 0,24= 1 orang | 0,13 0,13 0,13 |
8 | p 2 x 0,17 = 0,34 s 2 x 0,14 = 0,28 m 2 x 0,1 = 0,2 | p 1 x 0,27 = 0,27 s 1 x 0,51 = 0,51 m 1 x 0,07 = 0,27 | p - s - m - | 0,61 = 1orang 0,79= 1 orang 0,27= 1 orang | 0,13 0,13 0,13 |
9 | p 2 x 0,17 = 0,34 s 2 x 0,14 = 0,28 m 3x 0,1 = 0,3 | p 1 x 0,27 = 0,27 s 1 x 0,51 = 0,51 m 1 x 0,07 = 0,27 | p - s - m - | 0,61 = 1orang 0,79= 1 orang 0,37= 1 orang | 0,13 0,13 0,18 |
10 | p 2 x 0,17 = 0,34 s - m - | p 2 x 0,27 = 0,54 s 3 x 0,51 = 1,53 m 3 x 0,07 = 0,21 | p - s - m - | 1,05 = 1orang 1,53= 2 orang 0,21= 1 orang | 0,18 0,13 0,13 |
12 | p 2 x 0,17 = 0,34 s 2 x 0,14 = 0,28 m 2 x 0,1 = 0,2 | p 3 x 0,27 = 0,81 s 3 x 0,51 = 1,53 m 3 x 0,07 = 0,21 | p - s - m - | 1,15 = 2 orang 1,81= 2 orang 0,41= 1 orang | 0,22 0.22 0,22 |
13 | p 4 x 0,17 = 0,68 s 6x 0,14 = 0,84 m 5 x 0,1 = 0,5 | p 2 x 0,27 = 0,54 s 1 x 0,51 = 0,51 m 2 x 0,07 = 0,14 | p - s - m - | 1,22 = 2orang 1,58= 2 orang 0,64= 1 orang | 0,27 0,31 0,31 |
14 | p 5 x 0,17 = 0,85 s 3 x 0,14 = 0,42 m 3 x 0,1 = 0,3 | p 2 x 0,27 = 0,54 s 2 x 0,51 = 1,02 m 2 x 0,07 = 0,14 | p - s - m - | 1,39 = 2orang 1,44= 2orang 0,44= 1 orang | 0,31 0,22 0,22 |
15 | p 3 x 0,17 = 0,51 s 3 x 0,14 = 0,42 m 2 x 0,1 = 0,2 | p 2 x 0,27 = 0,54 s 3 x 0,51 = 1,53 m 4 x 0,07 = 0,28 | p - s - m - | 1,05 = 1orang 1,95= 2 orang 0,48= 1 orang | 0,22 0,27 0,27 |
16 | p 3 x 0,17 = 0,51 s 3 x 0,14 = 0,42 m 5 x 0,1 = 0,5 | p 4 x 0,27 = 1,08 s 4 x 0,51 = 2,04 m 3 x 0,07 = 0,21 | p - s - m - | 1,59 = 2orang 2,46= 3 orang 0,71= 1 orang | 0,31 0,31 0,36 |
17 | p 4x 0,17 = 0,68 s 3 x 0,14 = 0,42 m 3 x 0,1 = 0,3 | p 4 x 0,27 = 1,08 s 4 x 0,51 = 2,04 m 4 x 0,07 = 0,28 | p - s - m - | 1,76 = 2orang 2,46= 3 orang 0,58= 1 orang | 0,36 0,31 0,31 |
19 | p 2 x 0,17 = 0,34 | p 5 x 0,27 = 1,35 | p - | 1,69 = 2 orang | 0,31 |
Permasalahnya
Tidak ada
1. metode
Ideal
Menurut Ann Marriner Tomei (1991) Grat & Massey (1997) dan Marquis& Huston (1998) metoda pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dab akan terus di kembangkan di masa depan dalam menghadapi trend pelayanan keperawatan yaitu:
Metode fungsional
- perawat melakukan tugas tertentu sesuai jaswal kegiatan yang ada
- perwat senior akan sibuk melakukan tugas manajerial sesangkan asuhan keperawatan pasa pasien dilakukakn oleh perawat yunior atau yang belum punya pengalaman
- penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas pada tindakan tertentu
Metode tim
Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari abggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 grup yang terdiri dari tenaga profesional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu bengan jumlah tenaga 6-7 orang dalam satu tim
Metode primer
Metoda penugasan diman satu perawat brtnggung jawab penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit, mendorong pratik mandiri perawat, ada kejelasan antar si pembuat rencana askep pelaksana. Metoda primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat yang terus menerus antara pasien dan perawat yang di tugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi askep selama pasien di rawat
Metode pengelolaan kasus
Mobel ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan dimana setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien selam jam dinasnya. Pasien akan dirawt oleh perawat yamg berbeda untuk setiap shif dab tidak ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa siterapkan satu pasien satu perawat. Dalam hal ini umunya dilaksanakan oleh perwat privat atau untuk keperawatan khusus seprti isolasi. Intensive care
(sumber : Swanburg : 2002 dan Ann Marriner Tomei (1991) Grat & Massey (1997) dan Marquis& Huston (1998) )
Actual
kerja metode tim sudah cukup baik dijalankan ,dimana kepala tim telah mengkoordinasi penugasan dan evaluasi serta supervise kepada perawat pelaksana ,kemudian perawat pelaksana melaporkannya kepada kepala tim.
Permasalahan
Tidak ada
2. money
Actual
Pendanaan diruang paru berasal dari sentral RS dimana ruangan tidak diberi wewenang untuk mengelola keuangan .pendapatan keuangan hanya diperoleh dari pasien sesuai dengan tariff yang ada
3. material
Ideal
bangunan
semua bagian bangunan atau ruangan harus mudah dibersihkan dan dilakukan perawatan. Jendela, pintu, dinding dan bagian-bagian yang lain dari bangunan dibuat dengan permukaan yang rat, licin, serta menghindari banyak lekukan tau ukiran dan bagian horizontl ( permukaannya menghadap ke atas ). Lantai di ruangan yang rentan terkena tumpahan darah, bahan-bahan infeksius dari pasien harus kedap air, permukaan rata dan mudah dibersihkan
. ventilasi
Semua ruang pekerja dan ruang pasien harus mempunyai ventilasi dan penerangannya yang adekuat dan juga harus dapat menjamin masuknya aliran udara segar, temperatur ruangan dan kelembaban udara dalam batas yang nyaman. Jika menggunakan pendingin ruangan tersebut harus dilakukan perawatan yang memadai, yang terjadwal agar tidak menjadi sumber infeksi.
tempat cuci tangan atau wastafel
Di tempat ruangan perawatan, ruang verja dan tempat pelayanan lainnya harus tersedia paling sedikit satu wastafel dengan aliran air yang cukup dan mengalir terus menerus dan ditempatkan ditempat yang strategis.
Area kerja dan perawatan
harus tersedia ruangan yang cukup besar untuk menampung alat-alat yang diperlukan dan tempat untuk meletakkan barang-barang steril, barang kotor, dan barang bersih. Peralatan harus diletakkan ditempat yang aman dan tidak mudah terkontaminasi atau rusak.
( sumber : hasilpenmelitian mahasiswa UNPAD PSIK )
Actual
gedung ruang paru terletak dibagian belakang RSAM,dekat ruang jenazah ,dekat poli paru
ruang paru terdiri dari ruang kepala ruangan ,ruang perawat ,station nurse ,ruang firasat / tindakan ,gudang ,perpustakaan ,dll
kebutuhan alat – alat medis ( lihat alat dan bahan ) , diruangan paru terdapat buku protap ,ruangan cukup nyaman karena waktu pengunjung ditentukan pada hjam – jam tertentu yaitu pada jam 12:00 – 13:00 dan pada jam 16:00-17:00,kemudian bagi keluarga yang menunggui pasien pada malam hari hanya ada 1 orang saja.Untuk penerangan di setiap kamat terdapat 1 lampu .Tiap tempat tidur pasien dilengkapi oleh 1 meja pasien ,1 kursi tunggu pasien ,1 papan identitas pasien ,dan 1 tempat obat pasien .
kamar mandi pasien dilengkapi dengan 1 bak mandi dan 1 WC jongkok.
Station nurse terletak di pintu utama masuk ,arsip – arsip penting didokumentasikan dan disimpan diruang kepala ruangan,dan ruang perawat terletak berdampingan dengan ruangan kepala ruangan .Pojok informasi ditempelkan didekat meja telfon
Permasalahanya
Masih adanya keluarga pasien yang melanggar jadwal bertamu untuk pasien ,tempat obat pasien tidak digunakan dengan baik oleh pasien dan keluarga,di masing – masing ruangan ( kelas III ) tidak terdapat tempat
3.2.1.2.6 non fisik
1. Hubungan Perawat Dengan Perawat
Ideal
Komunikasi antara perawat berjalan dengan baik.Adanya Mekanisme pengambilan keputusan di sesuaikan dengan kondisi Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus .Mengadakan rapat bulanan secara rutin Media komunikasi antara perawat menggunakan buku laporan, buku ronde, dan white board.
(sumber Nursalam:2002)
Actual
Informasi yang berhubungan dengan kepentingan ruangan di komunikasikan secepatnya kepada kepala ruanran.operan dilakukan secara tertulis dalam buku laporan harian dan buku overran pasien yang didalamnya terdapat data tindakan yang telah dilakukan dan tindakan yang akan dilakkan oleg dinas berikutnya.
Permasalahan
Tidak ada
2.Hubungan Perawat Dengan Klien
Ideal
Hubungan perawat-klien di mulai sejak klien masuk. Selama perawatan (Pelaksanaan Proses Keperawatan) sampai klien pulang. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan, dengan kata lain kualitas asuhan yang di berikan pada klien sangat tergantung pada hubungan perawat-klien
(sumber Nursalam:2002)
Actual
Hubungan pasien dan perawat telah dibina sejak pasien masuk , selama proses keperawatan ,dan sampai pasien pulang .setiap perawat diwajibkan tau siapa pasien dan bagaimana kondisi pasien.perawatmelakukan komunikasi terapeutik
3. Hubungan Perawat Dengan Profesi Lain
Ideal
Bekerja sama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah klien.Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas Saling menghargai antar profesi
(sumber Nursalam:2002)
Actual
Komunikasi perawat dengan dokter bersifat sosial dan profesional ,komunikasi mengenai kondisi klien walaupun bersifat delegatif tapi sudah kearah kolaborasi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil kajian situasi di ruang rawat inap paru yang dikelompokkan ke dalam SWOT didapatkan bahwa:
Pada manajemen asuhan, dua komponen yaitu flow off care dan KDM berada pada kuadran IV(berusaha untuk membagi kekuatan untuk menghadapi item- item kelemahan yang ada) dan komponen yang lainnya yaitu Dokumentasi Keperawatan berada pada kuadran III (berusaha untuk mempertahankan diri dengan memanfaatkan potensi yang internal yang dimiliki) dengan menggunakan strategi- strategi :
- Meningkatkan pelaksanaan penerimaan pasien baru sesuai protap yang ada.
- Meningkatkan peran monitoring perawat terhadap pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pasien.
- Meningkatkan peran perawat dalam memonitoring dan pencatatan eliminasi terutama pada pasien dengan kondisi khusus.
- Meningkatkan kesadaran terhadap kewaspadaan universal dan pencegahan infeksi nosokomoial pada pemberi asuhan.
- Menigkatkan pemeliharaan dan pengawasan terhadap kebersihan pasien.
- Menigkatkan lingkungan yang mendukung terhadap keamanan dan kenyamanan pasien.
Pada manajemen unit dua komponen yaitu lingkungan fisik dan non fisik berada pada kuadran I ( berusaha menghimpun seluruh kekuatan dan mengintensifkan upaya untuk mengisi peluang yang ada, dan komponen yang terakhir yaitu kekuatan kerja berada pada kuadran IV (berusaha untuk membagi kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang ada ) dengan menggunakan strategi sebagai berikut:
· Meningkatkan pengawasan jumlah pengunjung dan penunggu pasien.
· Meningkatkan kolaborasi antar tim kesehatan.
· Penambahan jumlah tenaga perawat
· Meningkatkan pengaturan praktikan di ruangan untuk membantu asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil kajian situasi pada pendidikan berada pada kuadran I (berusaha menghimpun seluruh kekuatan yang ada untuk mengisi peluang yang ada) dengan strategi sebagai berikut:
- Meningkatkan proses pendidikan yang efektif dan efesien di ruangan baik untuk praktikan, keluarga, maupun karyawan.
B. SARAN
1. Untuk ruangan rawat inap paru RSUD Achmad Mochtar Bukitinggi
Diharapkan dapat menindak lanjuti pengkajian analisa SWOT yang telah dilakukan.
2. Untuk rumah sakit.
Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat meningkatkan kualitas ruang rawat inap paru, terutama untuk penambahan tenaga di ruangan.
3. Untuk praktikan manajemen keperawatan selanjutnya.
Diharapkan dapat malakukan koordinasi dan kolaborasi dengan perawat atau tenaga medis yang lain dalam pengembangan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas.Selain itu kelompok selanjutnya dapat melakukan evaluasi ulang permasalahan yang belum tergali di ruangan dan melaksanakan implementasi dan strategi rencana unutuk mengatasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar