Selasa, 24 Maret 2009

askep osteosarkoma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213 )

Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.

Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan Osteosarkoma “

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Osteosarkoma.

1.2.2 Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :

· Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan osteosarkoma

· Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan osteosarkoma.

· Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan osteosarkoma.

· Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada anak dengan Osteosarkoma.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 )

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 )

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )

Klasifikasi tumor pada muskuloskletal adalah :

2.1.1 Tumor – tumor jinak ( benigna )

· Osteoma

Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal. Oateoma berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan radiografi osteoma perifer tampak sebagai lesi yang meluas pada permukaan tulang. Sedangkan osteoma sentral tampak sebagai suatu masa berbatas jelas dengan tulang.

· Kondroblastoma

Konroblastoma adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada tulang humerus. Gejala yang sering timbul adalah nyeri yang timbul pada tulang rawan.

· Enkondroma

Enkondroma adalah tumor jinak sel –sel rawan displastik yang timbul pada metafisis tulang tubular, terutama pada tangan dan kaki.

2.1.2 Tumor – tumor ganas ( maligna )

· Multipel mieloma

Tumor ganas pada tulang akibat proliferasi ganas dari sel sel plasma.

· Sarkoma osteogenik

Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas

· Kondrosarkoma

Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.

2.2 ETIOLOGI

Etiologi dari osteosarkoma adalah :

    • Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
    • Keturunan ( genetik )
    • Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit.
    • Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.
    • Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain

2.3 ANATOMI dan FISIOLOGI

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pemben Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat.

Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.

Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.

Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.

Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. (Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997)

2.4 PATOFISIOLOGI

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari osteosarkoma adalah :

· Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)

· Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

· Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

· Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise.

2.6 PENATALAKSANAAN

2.6.1 Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.

( Gale. 1999: 245 ).

2.6.2 Tindakan keperawatan

· Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

· Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

· Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

· Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

( Smeltzer. 2001: 2350 )

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.

BAB III

ASUHAN KEPERAWARTAN OSTEOSARKOMA

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Data biografi

Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan lain-lain yang dianggap perlu.

3.1.2 Riwayat kesehatan

3.1.2.1 Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu makan berkurang dan sakit kepala.

3.1.2.2 Riwayat kesehatan dahulu

· Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

· Kemungkinan pernah mengalami fraktur

· Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas narmal

· Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain

3.1.2.3 Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.

3.1.3 Pemeriksaan fisik

· Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

· Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

· Adanya tanda-tanda inflamasi

· Pemeriklsaan TTV klien

3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik

lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

· Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik penyakit

· Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan dengan penyakitnya

· Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.

· Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan peran

· Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

3.4 EVALUASI

· Pasien mampu mengontrol nyeri

Ø Melakukan teknik manajemen nyeri,

Ø Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.

Ø Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari

· Masukan nutrisi yang adekuat

Ø Mengalami peningkatan berat badan

Ø Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan

Ø Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi

· Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.

Ø Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata

Ø Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

Ø Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien

· Memperlihatkan konsep diri yang positif

Ø Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien

Ø Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri

· Klien dan keluarga siap menghadapi amputasi

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui

Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena dan gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise.

4.2 SARAN

Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.


1 komentar:

gex_Wie mengatakan...

gak cpy paste nie??
kok hampir sama kyknya.
tp trims ya ners....
salam perawat indonesia.