2.1 Pengertian
definisi keluarag meliputi penjelasan tentang stuktur ,fungsi , unsure ,dan ikatan kasih dalam keluarga.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. (Duvall dan Logan 1986 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. ( Bailon dan Maglaya 1978 )
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 )
Keluarga didefinisikan secara luas dengan menekankan pentingnya ketelibatan emosi sebagai karakteristik yang penting. Menurutnya keluarga adalah “ dua individu atau lebih yang bergabung bersama karena adanya ikatan untuk saling berbagi dan ikatan kedekatan emosi dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga “( friedman 1992 )
Dari presfektif anak , keluarga adalah seperangkat hubungan antara anak yang bergantung dan satu atau lebih orang dewasa yang memberikan perlindungan
Keluarga sebagai suatu kelompok dan keluarga sebagai individu secara smultan terlibat dalam tugas – tugas perkembangan ( dufall ,1997 ; erikson 1968 )
2.2 Bentuk Keluarga
keluarga inti
· terdiri dari suami ,istri dan 2 atau lebih orang anak
· kehadiran anak mempengaruhi waktu keluarga dan sumber ekonomi
· kehadiran anak memungkinkan suami dan istri mencari konseling dan pelayanan kesehatan
keluarga besar
· termasuk kerabat
· makin dekat anggota keluarga pada keluarga besar,maka makin mempunyai pengaruh pada pelayanan kesehatan
· keluarga ini dapat memberikan berbagai macam dukunganberdasarkan kebutuhan anggota keluarga termasuk pelayanan kesehatan
keluarga dengan orang tua tunggal
· keluarga ini terbentuk karena salah satu orang tua meninggal ,bercerai,mengabaikandan kemudian seseorang memutuskan untuk mengadopsinya
· situasi perpisahan berdampak pada keluarga : merupakan akibat yang paling umum karena terjadinya perceraian.
· Pengurangan sumber financial dan emosi mempengaruhi kesehatan keluarga
keluarga campuran
· orang tua membawa anak – anak yang tidak memiliki hubungan dari hubungan sebelumnya ke dalam hubungan yang baru dan bergabung dalam situasi kehidupan
· adaptasi terhadap situasi kehidupan akan mempengaruhi status kesehan
· tekanan dari bentuk pola keluarga yang baru dapt mempengaruhi status mental anggota keluarga
pola alternative hubungan
· rumah tangga denagn banyak orang dewasa
· keluarga dengan nenek dan kakek yang mengasuh cucu
· kelompok bersama dengan anak – anak
· pasangan yang tinggal bersama tanpa adanya ikatan perkawinan
· pasangan homoseksual
2.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga mencakup 5 bidang dasar : biologi , ekonomi , pendidikan , psikologi ,dan sosbud ( WHO 1978 ).
1. Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi :
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
2.4 Dinamika Keluarga
Melalui dinamika keluarga, para anggota keluarga menerima peran social yang sesuai. Sebuah peran social tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dirancang supaya bekerja dengan sebuah mitra-peran.
Negosiasi membawa pasangan peran ini ke kesejajaran yang baru. Setiap keluarga menetapkan batasan antara keluarga tersebut dan masyarakat. Meskipun terdapat batasan untuk setiap keluarga, anggota keluarga menetapkan saluran sebagai sarana mereka berinteraksi dengan masyarakat. Saluran-saluran ini juga memastikan keluarga menerima sumber-sumber masyarakat yang menjadi bagiannya.
Secara ideal, keluarga menggunakan sumber-sumbernya untuk memberi lingkungan yang aman dan intim bagi perkembangan biopsikososial para anggota keluarga. Keluarga mengasuh neonatus dan mensosialisasikan anak yang sedang bertumbuh secara bertahap. Keluarga menjadi sumber hubungan pertama dengan orang lain. Hubungan paling dini dan paling dekat yang dibentuk anak ialah hubungan dengan orang tua atau orang yang menjadi wali mereka dan hubungan ini berlanjut seumur hidup. Hubungan orang tua-anak mempengaruhi harga diri dan kemampuan individu dalam membentuk hubungan dimasa yang akan datang. Keluarga Mempengaruhi persepsi anak tentang dunia luar. Keluarga melengkapi anak yang sedang tumbuh dengan suati identitas yang mencakup pengertian tentang masa lalu dan masa depan.
Melalui interaksi sehari-hari, keluarga mengembangkan dan menggunakan pola komunikasi verbal dan non verbal. Pola-pola ini memberi pengertian yang dalam pada pertukaran emosi dalam sebuah keluarga dan bertindak sebagai indicator fungsi interpersonal yang dapat dipercaya. Anggota keluarga tidak hanya bereaksi terhadap komunikasi atau tindakan anggota keluarga yang lain tetapi juga menginterpretasikan dan mendefinisikan komunikasi dan tindakan tersebut.
Seiring perjalanan waktu, keluarga mengembangkan protocol penyelesaiaan masalah, khususnya yang menyangkut keputusan-keputusan lain seperti memeliki bayi, membeli rumah atau menyekolahkan anak-anak keperguruan tinggi. Kriteria yang digunakan dalam membuat keputusan didasarkan pada nilai dan sikap keluarga terhadap kesesuaian perilaku dan peristiwa moral, social, politis dan ekonomi dalam masyarakat. Anggota keluarga diberi kekuasaan untuk membuat keputusan kritis melalui tradisi dan negosiasi. Kekuasaan ini tidak selalu dinyatakan. Kekuasaan mencerminkan konsep keluarga tentang dominasi pria atau wanita dan praktek kebudayaan, kebiasaan masyarakat dan norma komunitas. Akibatnya anggota keluarga memperoleh status atau hierarki tertentu. Mereka melakukan status ini dengan menerima berbagai peran. Kebanyakan keluarga mempunyai seorang anggota yang bertanggungjawab atau mendukung atau tidak dapat diharapkan untuk melakukan sesuatu.
2.5 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
TAHAP SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA | PROSES EMOSIONAL TRANSISI: PRINSIP UTAMA | PERUBAHAN STATUS KELUARGA TINGKAT KEDUA YANG DIBUTUHKAN UNTUK PROSES PERKEMBANGAN |
Meninggalkan rumah; orang dewasa muda yang belum menikah Penggabungan keluarga melalui perkawinan: pasangan baru Keluarga dengan anak kecil Keluarga dan remaja Melepas anak-anak dan pindah Keluarga pada tahap lanjut | Menerima tanggungjawab emosional dan keuangan untuk diri sendiri Komitmen pada system yang baru Menerima anggota baru kedalam system Meningkatkan fleksibilitas batasan keluarga karena anak mulai mandiri dan kakek-nenek mengalami penurunan fungsi Menerima banyak anggota keluarga yang masuk dan keluar system keluarga Menerima perubahan peran generasi | Diferensiasi diri dari keluarga asal Mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya Memantapkan pekerjaan dan kemandirian financial Pembentukan system perkawinan Bersama pasangan menjalin kembali hubungan dengan keluarga besar dan teman Menyesuaikan system perkawinan untuk memberi ruang pada anak-anak Bersama-sama melaksanakan tugas membesarkan anak, mengatur keuangan dan rumah tangga Menjalin kembali hubungan dengan keluarga besar dan berperan sebagai orangtua dan kakek-nenek Perubahan hubungan orangtua-anak yang memungkinkan remaja bergerak masuk dan keluar system Fokus kembali pada masalah perkawinan dan karier pada usia tengan baya Mulai beralih merawat generasi yang lebih tua bersama-sama Negosiasi kembali system perkawinan sebagai pasangan Perkembangan hubungan antara dua orang dewasa, yakni antara orangtua dan anak yang sudah dewasa Menjalin kembali hubungan dengan melibatkan menantu dan cucu Menghadapi kedidakmampuan dan kematian orangtua (kakek-nenek) Mempertahankan fungsi dan hobi diri sendiri dan/pasangan dalam menghadapi penurunan fisiologis; menggali pilihan peran keluarga dan peran social yang baru Mendukung generasi tengah baya untuk berperan lebih sentral Melibatkan kebijaksanaan dan pengalaman lansia kedalam system, mendukung generasi yang lebih tua tanpa mengabaikan fungsi mereka Menghadapi kehilangan pasangan, saudara, dan teman sebaya dan mempersiapkan diri menghadapi kematian sendiri; meninjau ulang dan mengintegrasi kehidupan. |
2.6 Perkembangan Keluarga
teori tentang perkembangan mempelajari tentang keluarga di pandang sebagai suatu pendekatan teoritis dan konseptual ,seperti pendekatan social,fungsional – struktual ,konsep siklus kehidupan tentang kebutuhan dan tugas perkembangan dan konsep interaksi personal
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing:
– Membina hubungan intim yang memuaskan
– Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
– Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
– Persiapan menjadi orang tua
– Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga
– Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun
– Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
– Membantu anak untuk bersosialisasi
– Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
– Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
– Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
– Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
– Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk
– Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkunga
– Mempertahankan keintiman pasangan
– Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
– Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
– Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
– Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
– Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua
– Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
– Mempertahankan keintiman pasangan
– Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
– Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
– Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal
– Mempertahankan kesehatan
– Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
– Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
– Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
– Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
– Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
– Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
– Melakukan life review (merenungkan hidupnya
2.7 Faktor Kunci Dalam Kesehatan Keluarga
Karakteristik sosioekonomi keluarga merupakan hal yang penting. Kelas social mempengaruhi pengharapan, kewajiban, dan imbalan, semua hal ini mempengaruhi memanfaatan pelayanan kesehatan. Selain itu keluarga bertindak sebagai unit ekonomi primer dimana pemasukan digabung, keputusan tentang pengeluaran uang dibuat bersama, dan pelayanan diberikan secara internal.
Friedman (1992) mempertimbangkan kelas social sebuah keluarga sebagau factor utama pembentuk gaya hidup keluarga.
2.8 Faktor Budaya
Konteks budaya dalam keluarga
Banyak subkultur dapat ditemukan dalam setiap kultur. Subkultur mengacu ke sebuah kelompok yang berada dalam system budaya yang lebih besar, yang mempertahankan karakteristiknya. Suatu subkultur merupakan sebuah kelompok etnik atau suatu kelompok yang di organisasi secara berbeda.
Akulturasi mengaju pada perubahan yang terjadi pada satu atau kedua kelompok ketika individu dari budaya yang berbeda-beda kontak satu sama lain. Individu dapat mempertahankan sebagian kebudayaan sekaligus mengadopsi beberapa praktik budaya masyarakat yang dominant. Sosialisasi di antara kelompok budaya ini menghasilkan kesamaan perilaku yang sangat jelas. Individu bertukar dan menerisme, gaya, praktik kelompok lain. Pakaian, pola bahasa,pilihan makanan, dan praktik kesehatan berbeda-beda di antara kelompok – kelompok bidaya dalam suatu masyarakat. Suatu akulturasi adalah adopsi praktik makanan etnis di Amerika Serikat.
Asimilasi di sisi lain terjadi ketka suatu kelompok budaya kehilangan identitasnya menjadi bagian dari budaya dominant. Menurut Friedman (1992) “ asimilasi merupakan proses suatu budaya diserap ke dalam budaya lain : proses ini bersifat satu arah dan lebih lengkap”. Asimilasi adalah proses dimana kelompok-kelompok melebur ke dalam arus utama sehingga muncullah gagasan “ pot yang melebur” suatu fenomema yang dikatakan telah terjadi di Amerika Serikat. Sebaliknya Spector (1991) menyatakan bahwa di Amerika Serikat “ pot yang melebur” dengan impiannya tentang suatu kebudayaan bersama “ terbukti hanya isapan jempol belaka dan telah lenyap . kini saatnya mengidentifikasi sekaligus menerima dan menghargai perbedaan di antara menusia.
Etnosentrisme adalah pendapat yang mengatakan cara kebudayaan seseorang melakukan sesuatu merupakan cara yang benar dan alami ( Galanti 1991 ).Etnosentris mendukung ide baik kelompok etnik ataupun social.
Relatifisme merupakan kebalikan dari etnosentris yang terdiri dari pembelajaran satandar kebudayaan individu lain kedalam kegiatan kebudayaan individu tersebut.perawat harus menyadari bahwa prilaku individu didasarkan pada suatu system logis dan penerapan yang berbeda dari keyakinan mereka .relativisme kebudayaan menegaskan keunikan dan nilai setiap budaya.
2.9 Keyakinan Dan Praktik Melahirkan
Perawat yang menagani keluarga dalam usia subur akan merawat keluarga dalam kelompok budaya dan etnik yang berbeda.Untuk itu dalam memberikan asuhan perawatan pada keluarga ,perawat harus menyadari praktik budaya yang penting dalam keluarga tersebut
Perawat perlu lebih mengenal setiap wanita sebagai individu dan lebih memvalidasi keyakinan budaya yang bermakna bagi wanita tersebut .dengan pengetahuan ini ,perawat dapat mendukung dan memelihara keyakinan dan meningkatkan adaptasi fisik dan emosionalnya terhadap kehamilannya .Namun jika keyakinan tertentu di identifikasi dapat membahayakan ,maka perawat harus berhati – hati dalam menggali keyakinan tersebut pada pasien dan gunakan keyakinan tersebut dalam proses redukasi dan modefikasi.
2.10 Keluarga Dan Krisis
Krisis adalah merupakan suatu gangguan kebiasaan : suatu kerusakan dalam cara individu dan keluarga mempertahankan kendali terhadap suatu situasi
Saat berhadapan dengan krisis mula- mula keluarga atau individu akan menggunakan nilai dan prilaku yang biasa digunakan untuk menghadapi krisis .bila nilai dan prilaku tersebut tidak dapat mengatasi krisi dengan adekuat maka pola prilaku yangbaru harus dikembangkan melalui intervensi krisis.intervensi krisis akan berupaya menolong pasien belajar cara baru dalam menghadapi masalah atau konflik.
Krisi yang dapat ditemukankan adalah krisi maturasi dan situasional yang menyertai pengalaman usia subur ,pengalaman ini merupakan titik balik yang signifikan dalam kehidupan keluarga . masa usia subur sering disering dianggap sebagai masa krisis
1) krisi maturasi
terjadi pada akibat pertumbuhan dan perkembangan yang normal . Secara khas krisis ini berkembang seiring perjalanan waktu dan melibatkan perubahan peran dan status
krisis ini meliputi peristiwa kelahiran , masa bayi,kanak – kanak ,remaja,dewasa,dan tua.
Setiap fase siklus kehidupan keluarga akan menghasilkan krisi atau kejadian yang khas yang dapat menimbulkan sters dan akan mempengaruhi kesehatan keluarga.
2) krisis situasional
meliputi peristiwa kelahiran praterm ,penyakit mental atau fisik ,kehilangan dukungan dan financial ataupun social ,perubahan citra tubuh ,pengalaman yang tidak menyenangkan .
krisis ini mencakup ancaman terhadap harga diri individu atau kehilangan objek ataupun posisi yang berharga .
ansietas dan depresi merupakan respon yang khas ,bila krisis ini menimbulkan ketegangan berat ,kesehatan dapat menjadi rusak
respon terhadap krisis dipengaruhi oleh 3 komponen yang dipandang sebagai penyeimbang yaitu:
a. persepsi pasien terhadap peristiwa krisis
b. mekanisme kopoing pasien
c. system pendukung pasien
keterkaitan dari 3 bidang ini sangat mendukung hasil akhir dari suatu masalah
Persepsi terhadap suatu peristiwa
Apa yang dipertimbangkan oleh individu sebagai krisis bisa dipersepsikan sebagai krisis oleh individu lain namun bisa juga tidak. Factor seperti usia ,pengalaman , status emosional , ansietas ,dapat mengubah persepsi.
Mekanisme koping
yaitu pola prilaku yang dikembangkan individu atau keluarga dalam menghadapi ancaman terhadap kesejahteraan hidup
a. mekanisme koping konstruktif---mengarah pada penyelesaian masalah
b. mekanisme koping destruktif---mengganggu hubungan interpersonal dan membatasi kemampuan kerja.
System pendukung
Hal ini mengacu pada jaringan yang membantu individu selama masa krisis ,caplan mengatakan bahwa keberhasilan dalam penyelesaian suatu krisis sering kali bergantung pada system pendukung yang ada.sistem pendukung pasien dapat keluarga ,teman , sahabat.sistem pendukung akan berperan sebagai penaggung jawab komunitas –dengan pengetahuan dan pengalamannya –membantu pasien menghadapi krisis.
2.11 Penatalaksanaan Perawatan
Pengkajian
Yaitu proses pengumpulan data:
· Pendekatan
· Kebiasaan
· Bahasa
Setelah melakukan pengumpulan data maka lakukan analisis dan sintesis dan validasi data
Diagnosa keperawatan
Mencerminkan persepsi keluarga dan persepsi perawat tentang kebutuhan keluarga tersebut.
Contoh diagnosa tersebut adalah :
· Kerusakan ikatan antara orang tua dan bayi peubahan proses keluarga yang b.d kelahiran anak cacat
· Ansietas yang b.d harapan menjadi orang tua
· Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan aktifitas perawatan bayi
Setelah diagnosa ditegakan ---gali nilai personal keluarga yang dapat mempengaruhi intervensi keperawatan---validasi--pastikan persepsi mereka objektif dan akurat
Hasil akhir yang diharapkan
Menetapkan hasilnya sesuai dengan diagnosis.---tetapkan bersama dengan keluarga—keluarga mengevaluasi—sesuai dengan realities---menetapkan hasil akhir jangka panjang dan jangka pendek---menetapkan hasil akhir yang menjadi prioritas
Perawatan kolaboratif
Menetapkan tindakan yang akan diberikan—disesuaikan dengan kebutuhan keluarga---perawat mengarahkan keluarga dalam implementasi
evaluasi
perawat dan keluarga akan mengevaluasi hasil akhir yang diharapkan melaui kriteriahasil yang telah ditetapkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar