Senin, 23 Maret 2009

PKKDM ( pemeriksaan Diagnostik )

Elektrodiogram (EKG)

A. DEFINISI


Elektrodiogram adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Elektrodiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan¬-perubahan potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung.
Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari
1. SA Node
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.

2. AV Node
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.

3. Berkas HIS
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
1. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
2. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.

4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel.
Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali permenit.

B. TUJUAN EKG
1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung
2. Kelainan-kelainan otot jantung
3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
4. Ganguan -gangguan elektrolit
5. Perikarditis
6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung

C. INDIKASI

Indikasi pemasangan
1. Pada pasien penderita jantung

2. Pada pasien yang dioperasi
3. Pada pasien koma
4. Pada pasien yang menderita penyakit tertentu yang memungkinkan pemasangan EKG

D. DESKRIPSI TINDAKAN

1. PERSIAPAN ALAT-ALAT EKG.
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabe
l, sebagai berikut :
b. Satu kabel untuk listrik (power)
c. Satu kabel untuk bumi (ground)
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.
e. Plat elektrode yaitu
f. 4 buah elektrode extremitas dan manset
g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
h. Jelly elektrode / kapas alkohol
i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
j. Kertas tissue

2. PERSIAPAN PASIEN
a. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman

c. Bersihkan permukaan kulit dengan alkohol dan kasa sebelum memasang elektroda. Bila daerah yang akan dipasang elektroda banyak rambut, sebaiknya cukurlah rambut pada daerah tersebut

b. Oleskan sedikit benzoin pada kulit bila pasien banyak berkeringat sehingga elektroda dapat menempel dengan balk

d. Gantilah elektroda setiap 24 sampai 48 jam dan periksa bila ada iritasi . kulit. Tempelkan elektroda pada lokasi yang berbeda setiap kali penggantian

e Bila pasien sensitif terhadap elektroda, gunakan elektroda hipoalergenik.

f. klien Melepaskan benda-benda yang bersifat logam seperti jam tangan, cincin, gigi emas dll. Yang dapat mempengaharui atau mengganggu pada saat perekaman.

3. CARA MENEMPATKAN ELEKTRODE
Setelah pasien disispakan kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan.
2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
Merah
Ø (RA / R) lengan kanan
Kuning (LA/ L) lengan kiri
Ø
Hijau (LF / F ) tungkai kiri
Ø
Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)
Ø
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)
1. Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.
2. Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR, aVL, aVF.
3 Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 ; garis aksilla depan sejajar dengan V4
V6 ; garis aksila tengah sejajar dengan V4
Sandapan tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan. Jadi pada umumnya pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu
I II III aVR aVL aVF
VI V2 V3 V4 V5 V6

4. Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
1. Anterior : V2, V3, V4
2. Septal : aVR, V1, V2
3. Lateral : I, aVL, V5, V6
4. Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal)
Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis kiri)
Lebih dari dari + 110 : RAD (deviadi aksis kanan)

5. CARA MEREKAM EKG
1. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
2. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain
a. Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b. Kecepatan 25 mm/detik
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan
2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
3. Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR,aVL,aVF,VI, V2, V3, V4, V5, V6.
Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG
4. Rapikan pasien dan alat-alat.
a. Catat di pinggir kiri atas kertas EKG
b. Nama pasien
c. Umur
d. Tanggal/Jam
e. Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah

6. hal yang perlu diperhatikan
1. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.
2. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
3. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
4. Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
5. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak, batuk dan lain-lain.
6. Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.

7. CARA MEMBACA EKG
Ukuran-Ukuran pada kertas EKG
Pada perekaman EKG standar telah ditetapkan yaitu :
1. Kecepatan rekaman 25 mm/detik (25 kotak kecil)
2. Kekuatan voltage 10 mm = 1 millivolt (10 kotak kecil)
Jadi ini berarti ukuran dikertas EKG adalah
1. Pada garis horisontal
• tiap satu kotak kecil = 1 mm = 1/25 detik = 0,04 detik
• tiap satu kotak sedang = 5 mm = 5/25 detik = 0,20 detik
• tiap satu kotak besar = 25 mm = 25125” = I ,00 detik
2. pada garis vertikal
• 1 kotak kecil = 1 mm =0.1 mv
• 1 kotak sedang = 5 mm = 0,5 mv
• 2 kotak sedang = 10 mm= I milivolt

8. NILAI-NILAI EKG NORMAL
1. Gelombang P yaitu depolarisasi atrium.
a. Nilai-normal ; lebar

b. tinggi : <0,25>

c. bentuk :+ ( ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
d. - ( ) di lead aVR
e. + atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1
2. Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik
a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>

b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
• Tinggi ; tergantung lead.
• Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
• Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
c. Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-).
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
3. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
a. (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
b. (-) di lead aVR.
c. (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
4. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalam keadaan normal tidak terlihat.

9. MEKANISME TERBENTUKNYA SUATU GELOMBANG
Ini ditentukan hasil catatan aktivitas elektris sel otot jantung
Pada sel otot jantung ada arah penyebaran impuls (VEKTOR) saat jantung berkontraksi yaitu depolarisasi dan repolarisasi yang ditandai adanya depleksi pada EKG

10. HUBUNGAN VEKTOR PADA EKG NORMAL
Pada jantung yang sehat )normal) vector dominan adalah mengarah ke bawah dan ke kiri

11. KRITERIA INTERPRETASI EKG
a. FREKWENSI (Heart Rate)

Frekwensi jantung ( HR ), normal ; 60- 100 x / menit
Cara menentukan jumlah frekwensi/kecepatan permenit

· Untuk irama yang regular yaitu 1500 dibagi jumlah kotak kecil antan R-R (jarak dan R1 ke R2) = HR / menit

· Untuk irama irreguler yaitu direkam EKG dalam 6 detik, hitung beberapa banyak kompleks QRS kemudian dikalikan 10 HR/ menit (jumlah R R dalam 6 detik dikali 10 H R / menit)
CATATAN Setiap EKG irregular (ARITMIA), rekam lead II panjang

b. IRAMA (Rhythm)

· Bila teratur (reguler) dan gel. P selalu diikuti gel. QRS-T yakni normal disebut Sinus Ritme (irama sinus).

· Bila irama cepat lebih dan 100 kali/menit disebut sinus tachikardi kurang dan 60 kali/menit disebut sinus bradikardi

· Selain dan yang tersebut di atas adalah aritmia

c .GELOMIBANG P (P WAVE)

Diukur dan awal sampai akhir gel. P
Nilai normal ; lebar <0,11>tinggi <0,25>Kepentingan:

· menandakan adanya aktivitas atrium

· menunjukkan arah aktivitas atrium

· menunjukkan tanda-tanda pembesaran atrium.

· P-R INTERVAL

Diukur dan awal gel.P sampai dengan awal gel.QRS Nilai normal ; 0,12 - 0,20 detik .Kepentingan:

- Interval PR >0,20 detik : AV Block
- Interval PR <0,12>3.
Interval PR berubah-ubah : Wandering Pacemaker.

d. KOMPLEKS QRS

Pengukuran kompleks QRS ada 3 yang dinilai

· Lebar/interval : diukur dan awal sampai dengan akhir gel.QRS
Nilai normal : <0,10>Kepentingan : menandakan adanya Bundle Branch Block:
lebar 0,10 - 0,12 = Incomplete B B B.
Lebar >0,12 detik = Complete B B B.

· AXIS ( sumbu )
Nilai normal : - 300 sampai + 1100
Cara menentukan axis yaitu dengan melihat 2 lead yang berbeda ekstremitas lead, yang terbaik adalah lead I & AVF
Kemudian :
tentukan jumlah aljabar dari amplitudo QRS di lead I dan aVF
tentukan di kwadrant mana vektor QRS berada
Kepentingan
300 sampai - 900 adalah L A D (Left Axis Deviation)
+ 1100 sampai 1800 adalab R A D (Right Axis Deviation)
3. Komfigurasi (bentuk)
Nilai normal :
Positif di lead I, II, aVF, V5, V6 ; Negatif di lead aVR, V1, V2
Bifasik di lead III, aVL, V3, V4, ( + / - )
Kepentingan mengetahui :
Q patologis
RAD/LAD
RVH/LVH

e. SEGMEN ST (st segment)

Diukur dari akhir gel.QRS (J Point) sampai awal gel. T
Nilai normal isoelektris (- 0,5 mm sampai + 2,5 mm)
Kepentingan:
Mengetahui kelainan pada otot jantung (iskemia dan infark)

f. GELOMBANG T (T wave)

Ukurannya dari awal sampai dengan akhir gel. TNilai normal amplitudo (tinggi) : Minimum 1 mm

Kepentingan:
- menandakan adanya kelainan otot jantung (iskemia/infark)

- menandakan adanya kelainan elektrolit.
Catatan:
- Komfigurasi Gel. T Positif di lead I,II,aVF,V2-V6
- Negatif di lead aVR

- Bifasik di lead III, aVL, V1.

ELEKTROENSEFALOGRAM(EEG)

A DEFINISI

Electroencephalogram ( EEG) adalah suatu test untuk mendeteksi kelainan aktivitas elektrik otak (Campellone, 2006).

B. INDIKASI EEG dilakukan untuk (Jan Nissl, 2006)

Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi

Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,

parkinson

Mendiagnosa Lesi desak ruang lain

Mendiagnosa Cedera kepala

Periode keadaan pingsan atau dementia.

Narcolepsy.

Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum

selama perawatan.

Mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit

Gambaran EEG Normal

Gb. EEG dari atas kebawah : alfa, beta, teta, delta (sumber : Louis, 2006)

B. INDIKASI

indikasi dan kegunaan EEG :

· Pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami kejang.
· Mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit sistemik (misalnya keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes, gagal ginjal).
· Melakukan studi untuk mengetahui gangguan tidur ( sleep disorder ) atau narkolepsi.
· Membantu menegakkan diagnosa koma.
· Melokalisir perubahan potensial listrik otak yang disebabkan trauma, tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan penyakit degeneratif.
· Membantu mencari berbagai gangguan serebral yang dapat menyebabkan nyeri kepala, gangguan perilaku dan kemunduran intelektual.

C. PROSEDUR

1. Persiapan pasien

  • Sebelum dilakukan electroencephalogram ( EEG) agar berhenti meminum

obat tertentu ( seperti obat penenang ) karena dapat mempengaruhi aktivitas

elektrik dan hasilnya.

  • Hindari makanan yang mengandung kafein ( seperti kopi, teh, cola, dancoklat) sedikitnya 8 jam sebelum test. Makanlah dalam porsi kecil sebelum test, sebab gula darah rendah ( hypoglycemia) dapat menghasilkan test abnormal.
  • Karena electroda terikat dengan kulit kepalamu, maka rambut harus bebas

dari minyak rambut, atau cairan yang mengandung obat kulit, dan sampolah

rambut serta membilas dengan air bersih saat mandi sore atau pagi hari

sebelum di lakukan test.

  • Tidur dapat mempengaruhi hasil EEG maka ushakan agar pasien tidak tertidur saat dilakukan test, jika anak-anak akan di EEG coba untuk tidur

sebentar tepat sebelum dilakukan test.

2. Pelaksanaan EEG

  • EEG pada umumnya berlangsung selama 2 jam.
  • Setelah test, pasien boleh beraktivitas seperti biasa. Pasien dalam posisi tiduran berbaring pada suatu tempat tidur atau relax di kursi dengan mata tertutup.
  • Electroda EEG ditempelkan ke tempat berbeda di atas kepala dengan menggunakan suatu pasta lengket agar electroda dapat menempel. Electroda dihubungkan lewat kawat suatu mesin yang memperkuat suara dan arsip aktivitas dalam otak . Arsip aktivitas elektrik sebagai rangkaian berbentuk ombak/keriting yang digambar oleh suatu baris pena pada kertas atau sebagai suatu gambaran pada layar komputer. Coba untuk tenang, dengan mata tertutup sepanjang perekaman, dan yang melakukan perekaman akan mengamati pasien secara langsung untuk memberi intruksi agar pasien :

Bernafas dengan cepat ( hyperventilasi). Pada umumnya lama pernapasan kurang lebih 20 x per menit.

Melihat cahaya terang untuk rangsangan stroboscopic atau photic.

Tidur, Jika pasien tidak mampu untuk tertidur maka akan diberi suatu obat penenang, dengan tujuan untuk mengevaluasi masalahpada saat tidur.

3. Bagaimana rasa saat dilakukan perekaman EEG

  • Electroencephalogram ( EEG) adalah suatu pemeriksaan tanpa rasa sakit

sepanjang perekaman.

  • Jika pasta digunakan untuk menempelkan electroda, sebagian pasta akan tetap

menempel di rambut pasien setelah test, maka rambut harus dicuci agar bersih. Jika jarum yang digunakan untuk menempelkan electrode (tapi sekarang jarang digunakan) pasien akan merasakan suatu sensasi penusukan

tajam seperti ketika mencabut rambut. Jika electroda ditempatkan di dalam

hidung pasien, pasien akan merasakan sensasi yang menggelitik, gelisah.

Beberapa hari (kurang lebih 2 hari) akan merasakan sakit bekas tusukan yang

ringan setelah test.

  • Jika pasien diminta untuk bernafas/meniup dengan cepat, pasien akan

merasakan lightheaded atau kekebasan pada jari, reaksi ini normal. itu akan

menghilang dalam beberapa menit setelah pasien mulai bernafas secara

normal lagi.

4. Risiko :

  • Electroencephalogram ( EEG) adalah alat perekam yang menghasilkan

gelombang elektris yang diproduksi oleh otak yang direkam, dan tidak

dapat memasuki badan pasien. EEG tidak sama dengan electroshock

(electroconvulsive therapy).

  • Jika terjadi kejang pada pasien epilepsi maka hal ini karena dicetuskan oleh

penyinaran [cahaya] atau hyperventilasi bukan karena alat EEG, maka tim

medis yang terlatih akan memberi pertolongan/perawatan selama perekaman

berlangsung.

5. Hasil

  • Gelombang alfa mempunyai frekwensi 8-12 siklus per detik. Gelombang alfa

terlihat normal pada saat bangun dan mata tertutup (tidak tertidur).

  • Gelombang Beta mempunyai suatu frekwensi 13-30 siklus per detik.

Gelombang ini secara normal ditemukan ketika siaga atau menjalani

pengobatan tertentu, seperti benzodiazepines atau pengobatan

anticonvulsants.

  • Gelombang delta mempunyai suatu frekwensi kurang dari 3 siklus per detik.

Gelombang secara normal ditemukan hanya pada saat sedang tidur dan anak-anak muda.

  • Gelombang teta mempunyai frekwensi 4-7 siklus per detik. Gelombang ini

secara normal ditemukan hanya pada anak-anak atau selama tidur

Orang dewasa yang terjaga, EEG menunjukkan gelombang alfa

lebih banyak dibanding dengan gelombang beta.

Hasil dua sisi otak menunjukkan pola serupa dari aktivitas

elektrik.

Tidak ada gambaran gelombang abnormal dari aktivitas elektrik dan tidak ada gelombang yang lambat.

Jika pasien dirangsang dengan cahaya (photic) selama test maka hasil gelombang tetap normal.

Abnormal

Hasil dua sisi otak menunjukkan pola tidak serupa dari aktivitas elektrik.

EEG menunjukkan gambaran gelombang abnormal yang cepat atau lambat, hal ini mungkin disebabkan oleh tumor otak, infeksi/peradangan, injuri, strok, atau epilepsi. Ketika seseorang mempunyai epilepsi dengan pemeriksaan EEG ini bisa diketahui daerah otak bagian mana yang aktivitas listriknya tidak normal. Namun pemeriksaan EEG saja tidak cukup, sebab EEG diambil selalu pada saat tidak ada serangan kejang bukan pada saat serangan, karena tidak mungkin orang yang sedang mengalami serangan epilepsi dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa EEG. Maka, pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak itu sendiri, yaitu melihat gambaran otaknya dengan teknik foto Magnetic Resonance Imaging (MRI). Jadi EEG dengan sendirinya tidak cukup untuk mendiagnosa penyakit neurology tetapi perlu dengan pemeriksaan yang lain.

Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. EEG yang abnormal dapat disebabkan kelainan di dalam otak yang tidak hanya terbatas pada satu area khusus di otak, misalnya intoksikasi obat, infeksi otak (ensefalitis), atau penyakit metabolisme (Diabetik ketoasidosis).

EEG menunjukkan grlombang delta atau gelombang teta pada orang dewasa yang terjaga. Hasil ini menandai adanya injuri otak.

EEG tidak menunjukkan aktivitas elektrik di dalam otak ( a “ flat/” atau “ garis lurus” ). Menandai fungsi otak telah berhenti, yang mana pada umumnya disebabkan oleh tidak adanya (penurunan) aliran darah atau oksigen di dalam otak. Dalam, beberapa hal, pemberian obat penenang dapat menyebabkan gambaran EEG flat. Hal ini juga dapat dilihat di status epilepsi setelah pengobatan diberikan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil test

  • Kelebihan bergerak (kepala, badan, mata, atau lidah).
  • Ketidakmampuan untuk bekerja sama
  • Ketenangan
  • Obat-oabatan (antiepilepsi, penenang, dan obat tidur).
  • Tidak sadar akibat obat-obatan atau hypothermia
  • Rambut yang kotor, berminyak, atau pemakaian hairspray

7. Perhatian

  • Pada saat dilakukan perekaman EEG pasien dapat mengalami kegelisahan karena waktu yang lama, tempat yang asing, alat-alat yang menempel di otak dll, sehingga akan mempengaruhi hasil EEG, untuk itu perlu didampingi dan diberi penjelasan agar pasien tenang sehingga hasilnya sesuai yang diharapkan.
  • Pada pasien dengan epilepsi pemeriksaan EEG saja tidak cukup, sebab EEG diambil selalu pada saat tidak ada serangan kejang bukan pada saat serangan, karena tidak mungkin orang yang sedang mengalami serangan epilepsi dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa EEG. Maka, pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak itu sendiri, yaitu melihat gambaran otaknya dengan teknik foto Magnetic Resonance Imaging (MRI), sebab MRI merupakan satu teknik pencitraan otak yang memungkinkan dapat melihat secara rinci seluruh bagianbagian otak, apakah ada kelainan atau tidak.
  • Suatu electroencephalogram ( EEG) bukanlah suatu test yang sangat mudah tetapi perlu ketelitian dan pengalaman sebab salah satu contah saja ada sebagian orang yang tidak menderita epilepsi tetapi EEG abnormal, dan sebagian orang yang mempunyai epilepsi mempunyai EEG normal. Jika epilepsi dicurigai dan hasil EEG normal tetapi berdasarkan gejala dan keluhan menunjukkan diagnosa epilepsi maka boleh mengulangi EEG lebih dari sekali.
  • Perhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil EEG misalnya perubahan tahap-tahap tidur, usia, stimulus visual, auditorik dan olfaktorik, tekanan, trauma emosional, dll.
  • Simpanlah hasil perekaman EEG (arsip) agar dapat dilihat ulang apa yang terjadi tepat sebelum, selama, dan benar setelah suatu perekaman, sehingga secara tepat dapat mengidentifikasi area spesifik dari kelainan otak.

:

Bronkoskopi

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang pulmonologi. Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus. Saat ini pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi.

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah. Kelainan yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah :

􀂙 Tumor

􀂙 Nekrosis

􀂙 Pelebaran pembuluh darah

􀂙 Mukosa yang normal atau irregular, hiperemik, membengkak

􀂙 Pengaburan tulang rawan bronkus

􀂙 Obstruksi

􀂙 Stenosis

􀂙 Kompresi

Bronkoskopi adalah tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan visualisasi trakea dan bronkus, melalui bronkoskop, yang berfungsi dalam prosedur diagnostik dan terapi penyakit paru. Indikasi pemeriksaan bronkoskopi adalah: batuk darah (hemoptysis), batuk kronik, mengi (wheezing), kecurigaan keganasan, evaluasi pembedahan.

Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung pada laring, trakea dan bronki. Baik melalui bronkoskop serat optic yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku.

Dalam perkembangannya, bronkoskop dibagi atas bronkoskop rigid dan bronkoskop fleksibel.

1. bronkoskop serta opitk yang fleksibel

Bronkoskop fleksibel, yang saat ini banyak dipergunakan menggunakan serat optik, sehingga memberikan kemudahan visualisasi bronkus perifer. Bronkoskop fleksibel mulai diperkenalkan oleh Shigeto Ikeda, pada International Congress on Diseases of the Chest ke 9 di Kopenhagen tahun 1966.

bronkoskop serat optic di toleransi lebih baik oleh pasien disbanding bronkoskop yang kaku, memungkinkan biopsy tumor yang sebelumnya tidak dapat dicapai. Aman digunakan untuk pasien yang sakit parah an dapat dilakukan I tempat tidur atau melalui selang endotrakeal./ trakeostomi. ( insisi trakea yang dilakukan melalui kulit dan otot leher). Pada pasien dengan ventilator ( peralatan yang dirancang untuk memperbaiki udara yang dihirup melaluinya/ membantu mengontrol ventilasi paru baik secara intermitten atau kontinoe ).

Ventilasi : pertukaran udara antara paru – paru dengan udara luar )

Bronkoskop serat optic memungkinkan intubasi alngsung dari lobus.

2. bronkoskop kaku

Bronkoskop rigid (kaku) diperkenalkan oleh Gustav Killian (1860-1921) dan Joseph P. O'Dwyer (1841-1894).

selang logam berongga dengan cahaya pada ujungnya. Digunakan untuk mengangkat bena asing, menghisap sekresi yang sangat kental ,meneliti sumber hemoptisis masif ( sputum bercampur arah akibat infeksi paru – paru atau melakukan prosedur bedah endo bronchial.

Tujuan :

♦ bronkoskopi diagnostic

● untuk memeriksa jaringan dan mengumpulkan sekresi

● menentukan lokasi dan keluasan proses patologi dan untuk

mendapatkan contoh jaringan guna menegakkan diagnosis

● menentukan apakah suatu tumor bisa direseksi ( pengangkatan )

atau tidak melalui tinadakan pendarahan

● untuk mendiagnosa tempat pendarahan ( sumber hemoptisis

♦ bronkoskopi Terapeutik

Digunakan untuk :

● mengangkat benda asing ari pohon trakeal

● mengangkat sekresi yang menyumbat pohon trakeobronkial ketika

pasien tidak dapat membersihkannya

● untuk memberikan pengobatan pasca operatif dalam atelektasis (

Pengempisan paru yang tiak sempurna )

● mengeksisi lesi

Indikasi Pemeriksaan Bronkoskopi

Hemoptos,Perselubungan di hilus,Perselubungan total 1 hemitoraks,Sesak nafas,Batuk kronik,Coin lesion,Sakit dada,Perselungan hilus dan perifer,Perselubungan perifer,Tumor Colli,Suara parau,Dahak banyak,Gambaran sarang lebah,Nafas bau,Sakit menelan,Klasifikasi terbesar,Struma,Korpusalienous,Pilek luar biasa,Sumbat leher,Carsienoma,endometrium,Miyoma uteri,Perselubungan para trakeal

Prosedur ( deskripsi tindakan )

Bronkoskopi yang tipis dan fleksibel yang tepat dan dapat diarahkan ke dalam bronki segmental, karena ukurannya yang lebih kecil, fleksibilita,an system optikal yang sangat baik. Bronkoskop serat optic memungkinkan peningkatan visualisasi jalan napas perifer dan sangat tepat untuk mendiagnosa lesi pulmonal.



Tidak ada komentar: