Senin, 23 Maret 2009

KMB ( perawatan luka )

LUKA

OLEH

ADELINA NAZWAR

Pengertian luka

Anatomi dan Fisiologi kulit

Definisi luka

Luka yaitu Rusaknya kesatuan jarigan, dimana terdapat substansi jaringan yang rusak / hilang.Luka menurut thomas ( 1989 ) merupakan suatu kondisi penyakit yang dialami oleh tubuh oleh beberapa hal baik oleh kecelakaan dan lain sebagainya.

Efek yang mungkin tiumbul saat terjadi luka,yaitu :

1.kontaminasi bakteri

2.kematian sel

3.penarahan dan pembekuan darah

4.rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit

Anatomi dan fisiologi kulit

Kulit yaitu organ terbesar dalam tubuh, yang terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis , dermis dan lemak subkutan

http://www.insight-magazine.com/indo/edisi_11/res24.jpg

  1. Epidemis

Yaitu lapisan terluar kulit , yang terdiri dari banyak lapisan sel epitel .

Epiermis mempunyai 2 lapisan yaitu

Ø Stratum korneum ( lapisan tanduk )

Ø Stratum malpigi ( lapisan dalam ) lapisan ioni terdiri dari:stratum granulosum yang berfungsi menghasilkan protein , lapisan sel basal atau stratum germinatifum yang berfungsi memperbaharui epidermis dan stratum spinosum yang berfunsi membentuk keratin

Sel pada stratum basalis membelah lalu berproliferasi dan pindah kepermukaan epidermis. Tiba distratum korneum , sel akan berubah menjadi pipih dan mati dan bergerak secara konstan sehingga terjadi pergantian sel dipermukaan kulit secara bertahap selam deskuamasi normal.stratum korneum yang tipis melindungi sel dan jaringan dibawahnya dari dehidrasi dan mencegahmasuknya zat kimia tertentu . Juga memungkinkan terjadinya epaforasi air dari kulit dan absobsi obat – obat topikal.

  1. Dermis

Lapisan kulit bagian dalam yang berupa jaringan ikat yang mengandung banyak serat elastin dan serat kolagen serta sejumlh besar pembuluh darah an ujung – ujung syaraf khusus .

  1. Lemak subkutan

Terletak dibawah dermis merupakan bantalan untuk kulit yang berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi

Pemahaman tentang lapisan – lapisan ini bagi perawat aalah untuk membantu percapatan penyembuhan luka

1. Epidermis

Membentuk kembali permukaan luka dan memulihkan barier yang apat mencegah masuknya mikroorganisme

2. Dermis

Memperbaiki integritas strukturalk (kolagen ) dan sifat fisik kulit

Bila dermis gagal melakukan penyembuhan luka meskipun epidermis

tertutup pada bagian atasnya klien akan beresiko mengalami infeksi , gangguan sirkulasi an kerusakan jaringan

Struktur adneksa kulit

1. Kelenjar keringat

Terdapat paa hampir seluruh kulit kecuali telinga dan bibir yang berfungsi membantu mempertahankan suhu tubuh

2. Kelenjar sebasea

Teriri dari sel –sel yang berisi lemak yang banyak terdapat pada wajah , dada , punggung dan bagian proksimal lengan

3. Kelenjar apokrin

Ditemukan didaerah aksila ,kulit genital ,sekitar puting susu dan di daerah perianal

4. Rambut

Dibentuk dari kreatin

Fungsi kulit secara umum:

1. Melindungi tubuh dari trauma

2. Pertahanan trhadap infeksi bakteri ,virus , dan jamur

3. Pengaturan suhu tubuh

4. Tempat sensasi raba, tekan ,suhu ,nyeri dan nikmat

5. Mengendalikan hilangnya air dari tubuh

6. untuk ekresi ,sekresi dan absobsi

Klasifikasi luka

Klasifikasi luka secara umum

Tingkat kontaminasi

Ø Luka bersih

Ø Luka kontaminasi bersih

Ø Luka terkontaminasi

Ø Luka kotor atau terinfeksi

Status integritas kulit

Ø Luka terbuka

Ø Lukatertutup

Ø Luka akut

Ø Luka kronik

Penyebab

Ø Luka disengaja

Ø Luka tidak disengaja

Tingkat keparahan

Ø Luka permukaan

Ø Luka penetrasi

Ø Luka perforasi

Deskripsi

Ø Luka abrasi

Ø Luka kontusio

Ø Luka laserasi

Ø Luka insisi

WOC

KOMPLIKASI PENYEMBUHAN LUKA DAN ETOLOGI

ETIOLOGI

Luka bisa disebabkan oleh bermacam – macam hal ada yang disengaja dan tidak disengaja

  1. luka yang timbul karena disengaja seperti :

* luka akibat di terapi

K luka insisi terjadi karena teriris instrumen yang tajam

mis : luka akibat pembedahan

K luka lecet terjadi karena prosedur tindakan membuang parut

K luka tusuk terjadi karena tusukan jarum ke bagian tubuh

  1. kecelakaan yang tidak disengaja

luka yang terjadi akibat kecelakaan

K luka memar (contusio wound ) terjadi karena kulit terbentur dengan benda lain yang tumpul

K luka lecet ( abrasi wound ) terjadi karena kulit bergesekan dengan benda lain biasanya benda yang tidak tajam.

K Luka tusuk ( puncture wound ) terjadi akibat aanya benda seperti : peluru, pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter kecil

K Luka gores ( lacerated wound ) terjadi akibat benda tajam seperti : kaca atau kawat

K Luka tembus ( penetrating wound ) luka yang terjadi karena organ tubuh ditembus peluru, biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar

K Luka bakar ( combustio ) terjadi karena kulit terbakar baik itu oleh api, air panas, bahan kimia, listrik, radiasi, maupun suhu tinggi

Komplikasi penyembuhan luka

  1. Hemoragi pendarahan didaerah luka.

Hemoragi dianggap normal jika terjadi selama atau sesaat setelah trauma .Pendarahan dapat terjadi secara eksternal dan internal

Mendeteksi pendarahan internal yaitu dengan melihat adanya distensi atau pembengkakan pada bagian tubuh yang luka, perubahan jenis dan jumlah drainase setelah pembedahan dan juga tanda – tanda syok hipovolemik.

Hematoma adalah pengumpulan darah local dibawah jaringan. Hematoma terlihat seperti bengkak dan masanya sering berwarna kebiruan. Jika hematoma terjadi didekat arteri vena yang besar ,maka sangat berbahaya karma tekanan akibat hematoma dapat menghambat aliran darah → jika aliran darah terhambat maka sirkulasi darah tidak lancer. Pendarahan ekternal dapat terdeteksi dengan adanya diagnosa darah pada balutan yang menutupi luka jika pendarahan terjadi maka balutan akan cepat basah dan darah keluar dari tepi balutan secara turun menurun.

Yang beresiko tinggi mengalami pendarahan adalah pasien luka operasi kisaran waktu terjadinya pendarahan selama 24-48 jam pertama operasi selesai.

  1. Infeksi luka

Infeksi luka merupakan infeksi nasokomial luka tersebut mengalami infeksi jika terdapat drainase pada luka. Ada luka yang mengandung bakteri tetapi tidak menyebabkan infeksi disebut terkominasi perbedaan luka terkotaminasi dengan luka infeksi adalah jumlah bakteri yang ada didalamnya luka infeksi mengandung bakteri lebih dari 100.000 (10­­­­­­5)/ml. dan terdapatnya organisme streptotokus hemalitik walaupun kurang dari 100.000 ml tetapi sudah dianggap terinfeksi. Luka terkominasi mengandung bakteri kurang dari luka terinfeksi luka terkontaminasi akan menjadi luka infeksi setelah waktu 2 hari – 3 hari. Infeksi luka operasi biasanya tidak terjadi sampai hari ke 4-5 setelah operasi pasien yang lukanya terinfeksi akan mengalami demam, nyeri pada daerah luka serta jumlah sel darah putih klien meningkat tapi luka terlihat mengalami imflamon. Kalau ada drainase, drainase berbau dan purulen yang menimbulkan warna :

  1. Dehisens

Dehisens adalah terpisahnya lapisan luka secara pasial atau total,. Terjadi setelah tiga sampai 11 hari setelah cedera. Klien dengan penyembuhan luka yang buruk beresiko mengalami dehisens. Klien obesitas beresiko mengalami dehisens, karma adanya regangan yang konstan pada luka dan buruknya kwalitas penyembuhan luka pada jaringan lemak.

Dehisens sering terjadi pada luka pembedahan abdomen, dan terjadi pada reganganan mendadak, misalnya batuk, muntah atau duduk tegak ditempat tidur. Klien sering melaporkan seakan –akan ada terlepas. Bila drainase serosanguinosa dari luka meningkat, perawat harus waspada. Akan timbulnya dehinsens.

  1. Eviserasi.

Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan eviserasi (keluarnya organ visceral melalui luka yang terbuka). Kondisi ini merupakan darurat medis yang perlu diperbaiki melalui pembedahan. Bila terjadi eviserasi perawat meletakkan handuk steril yang dibasahi dengan salin normal steril diatas jaringan yang keluar untuk mencagah masuknya bahteri dan kekeringan pada jaringan tersebut keluarnya organ pada jaringan luka dapat membahayakan suplai darah ke jaringan tersebut klien harus tetap puasa. Dan terus diobservasikan tanda dan gejala syok serta segera siapkan pembedahan darurat.

  1. fistula

fistula adalah saluran abnormal yang berada diantara 2 buah organ atau diantara organ dan bagian luar tubuh. Dokter bedah membuat fistula untuk kepentingan terapi misalnya pembuatan saluran antara lambung dengan dinding abdomen luar untuk memasukkan selang gastrostomi yang berguna untuk memasukkan makanan namun sebagai fistula terbentuk karena penyembuhan luka yang buruk karena komplikasi suatu penyakit seperti penyakit Chron atau anteritis regional. Trouma infeksi, terpapar radiasi serta penyakit seperti kanker akan menyebabkan lapisan jaringan tidak menutup dengan baik dan membentuk saluran fistula. Fistula meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan ketidak seimbangan cairan dan eletrolit. Drainase cairan yang kronik melalui fistula juga dapat menyebabkan kerusakan kulit.

  1. Penundaan penutupan luka

Disebut juga penyembuhan luka tersier, penundaaan penutupan luka adalah tindakan yang disengaja dilakukan oleh dokter bedah agar terjadi drainase yang efektif dari luka yang terkontaminasi bersih atau luka yang terkontaminasi. Luka tidak tertutup sehingga semua tanda aedema dan debris luka hilang balutan oklusif digunakan untuk mencegah kontaminasi bakteri pada luka kemudian luka ditutup seperti pada penutupan primer dan penyembuhan primer.

  1. Keloid

Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Koloid ini biasanya muncul tidak diduga dan tidak pada setiap orang.

Pemeriksaan Diagnostik

APemeriksaan Drainase Luka

Perawat mencatat jumlah,warna,baud an konsistensi drainase.Jumlah drainase tergantung pada lokasi dan luas drainase.Perawat dapat mengukurdrainase luka dari balutan.Apabila perawat mengukur drainase luka dari balutan maka balutan di timbang dan dibandingkan dengan berat balutan yang sama saat balutan tersebut kering dan bersih.Cara menghitungnya adalah1 gr berat drainase pada balutan sama dengan 1ml drainase warna dan konsistensi drainase terdiri dari:

a.Serosa: berbentuk bening ,cairan berisi plasma.

b.Purulen: berbentuk tebal ,warna kuning ,hijau, coklat kemerahan atau coklat

c.Serosanguinosa:Berwarna pusat,merah, berair meruypakan campuran serosa dan sangionosa

d.Sanguinosa:berwarna merah terang dan mengidikasikan pendarahan aktif.

Jika drainase mengeluarkan bau yang menusuk ,dicurigai adanya infeksi.

B.Pemeriksaan Kultur Luka

Perawat tidak boleh mengumpulkan sampel kultur yang berasal dari dsrainase yang lama.Perawat terlebih dahulu membersihkan luka untuk membersihkan flora kulit.Organisme aerob tumbuh pada permukaan luka yang terpapar udara.Untuk mengumpulkan spesiment aerob,perawat menggunakan swb steril yang berasal dari tabung kultur.Apabila tepi luka terpisah,Perawat secara perlahan dan hati-hati memsasukan ujumg swab ke dalam luka untuk mengumpulkan spesiment luka.Perawat memasukan kembali swab ke dalam tabumg kultur,menutup tabung.Perawat segera mengirim spesiment yang telah diberi label ke laboratorium untuk memeriksa kultur bakteri kuantitatif

Apabila drainase yang berasal dari rongga tubuh bagian dalam mengeluarkan bau busuk ,terdapat kemungkinan tumbuhnya organisme anaerob.Perawat menggunakan ujung spuid steril untuk mengaspirasi drainase luka bagian dalam.Perawat dapat memasukan spesiment ke dalam wadah vakum khusus yang mengandung media kultur

Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar

A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).

B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi atau radiasi elektromagnitik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

C. Patofisologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
1. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
4. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.

D. Klasifikasi luka bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
1.
Berdasarkan penyebab

  • Luka bakar karena api
  • Luka bakar karena air panas
  • Luka bakar karena bahan kimia
  • Laka bakar karena listrik
  • Luka bakar karena radiasi
  • Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar

a. Luka bakar derajat I

  • Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
  • Kulit kering, hiperemi berupa eritema
  • Tidak dijumpai bulae
  • Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
  • Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II

  • Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
  • Dijumpai bulae.
  • Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
  • Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.

Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1.
Derajat II dangkal (superficial)

  • Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
  • Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
  • Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.

2. Derajat II dalam (deep)

  • Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
  • Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
  • Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.

c. Luka bakar derajat III

  • Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
  • Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
  • Tidak dijumpai bulae.
  • Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
  • Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
  • Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
  • Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor

  • Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
  • Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
  • Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
  • Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
  • Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

b. Luka bakar moderat

  • Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
  • Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
  • Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah :

  • Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
  • Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
  • Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
  • Luka tidak sirkumfer.
  • Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
1.
Rule of nine

  • Kepala dan leher : 9%
  • Dada depan dan belakang : 18%
  • Abdomen depan dan belakang : 18%
  • Tangan kanan dan kiri : 18%
  • Paha kanan dan kiri : 18%
  • Kaki kanan dan kiri : 18%
  • Genital : 1%

2. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:

LOKASI

USIA (Tahun)

0-1

1-4

5-9

10-15

DEWASA

KEPALA

19

17

13

10

7

LEHER

2

2

2

2

2

DADA & PERUT

13

13

13

13

13

PUNGGUNG

13

13

13

13

13

PANTAT KIRI

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

PANTAT KANAN

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

KELAMIN

1

1

1

1

1

LENGAN ATAS KA.

4

4

4

4

4

LENGAN ATAS KI.

4

4

4

4

4

LENGAN BAWAH KA

3

3

3

3

3

LENGAN BAWAH KI.

3

3

3

3

3

TANGAN KA

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

TANGAN KI

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

PAHA KA.

5,5

6,5

8,5

8,5

9,5

PAHA KI.

5,5

6,5

8,5

8,5

9,5

TUNGKAI BAWAH KA

5

5

5,5

6

7

TUNGKAI BAWAH KI

5

5

5,5

6

7

KAKI KANAN

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

KAKI KIRI

3,5

3,5

3,5

3,5

3,5

E. Komplikasi Lanjut Luka Bakar

  1. Hypertropi jaringan.
  2. Kontraktur.

F. Penatalaksanaan

  • Penanggulangan terhadap shock
  • mengatasi gangguan keseimbangan cairan
  1. Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi yaitu :
  2. 24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 - 4 cc/kg BB/% LB.
  • a. ½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan).
    b. ½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
  • 24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
  • Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 - 0,5 cc/kg/%).
  • Mengatasi gangguan pernafasan
  • Mengataasi infeksi
  • Eksisi eskhar dan skin graft.
  • Pemberian nutrisi
  • Rahabilitasi
  • Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.

G. Pemeriksaan Penunjang

  1. Diagnosa medis
  2. pemeriksaan dignostik
  • laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan lain - lain.
  • Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
  • EKG
  • CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.Dan lain-lain.

KASUS :

1. Pengkajian

- riwayat kesehatan dahulu

pernah di rawat dengan kasus pendarahan pada waktu melahirkan

- riwayat kesehatan sekarang

wajah pucat, meringis kesakitan, luka bakar

- Pemeriksaan fisik

Suhu 390 C

Nadi 80x / menit

RR 20 x / menit

- Data objektif

Suhu 390 C

Nadi 80 x/ menit

RR 20x / menit

Wajah pucat

- Data Subjektif

Dia mengatakan sakit dibagian lukanya

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar.

3. Intervensi
Tujuan :
Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ vital tercapai
Kriteria Hasil:

  • BP 100-140/60 -90 mmHg
  • Produksi urine >30 ml/jam (minimal 1 ml/kg BB/jam)
  • Ht 37-43 %
  • Turgor elastis
  • Mucosa lembab
  • Akral hangat
  • Rasa haus tidak ada

Intervensi

Rasional

Berikan banyak minum kalau kondisi lambung memungkinkan baik secara langsung maupun melalui NGT

Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh normal

Monitor dan catat intake, output

Mengetahui apakah terjadi gangguan keseimbangan cairan

Beri cairan infus yang mengandung elektrolit (pada 24 jam ke I), sesuai dengan rumus formula yang dipakai

Untuk memenuhi kebutuhan cairan

Monitor vital sign

Untuk membandingkan dengan data sebelumnya

Monitor kadar Hb, Ht, elektrolit, minimal setiap 12 jam.

Untuk mengetahui terjadi komplikasi

4. Implementasi

Memberikan klien banyak minum jika kondisi lambung memungkinkan

Memonitor dan mencatat intake dan output

Memberikan cairan infusyang mengandung elektrolit

Memonitor tanda – tanda vital

Memonitor kadar Hb, Ht, elektrolit, minimal setiap 12 jam

5. Evaluasi

S : klien mengatakan tidak merasa haus yang berlebihan lagi, mucosa sudah lembab

O : tidak terdapat tanda - tanda infeksi, tanda – tanda vital klien mulai normal

A : masalah kehilangan cairan teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan


Tidak ada komentar: